Sabtu, 26 Maret 2016

Biogfari Singkat KH Muhammad Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama')

    KH Hasyim Asyari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim
Silsilah Nasab
Merunut kepada silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) KH. Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan lanjutan sebagai berikut:
  • Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin)
  • Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Pajang)
  • Abdul Halim (Pangeran Benawa)
  • Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda)
  • Abdul Halim
  • Abdul Wahid
  • Abu Sarwan
  • KH. Asy’ari (Jombang)
  • KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
Menurut catatan nasab Sa’adah BaAlawi Hadramaut, silsilah dari Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
  • Husain bin Ali
  • Ali Zainal Abidin
  • Muhammad al-Baqir
  • Ja’far ash-Shadiq
  • Ali al-Uraidhi
  • Muhammad an-Naqib
  • Isa ar-Rumi
  • Ahmad al-Muhajir
  • Ubaidullah
  • Alwi Awwal
  • Muhammad Sahibus Saumiah
  • Alwi ats-Tsani
  • Ali Khali’ Qasam
  • Muhammad Shahib Mirbath
  • Alwi Ammi al-Faqih
  • Abdul Malik (Ahmad Khan)
  • Abdullah (al-Azhamat) Khan
  • Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan)
  • Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar)
  • Maulana Ishaq
  • dan ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri)
Pendidikan

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan KH Cholil Bangkalan.
KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.
Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.
Silsilah Keilmuan
  • KH Muhammad Saleh Darat, Semarang
  • KH Cholil Bangkalan
  • Kyai Ya’qub, Sidoarjo
  • Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau
  • Syaikh Mahfudz At-Tarmasi
  • Syaikh Ahmad Amin Al Aththar
  • Syaikh Ibrahim Arab
  • Syaikh Said Yamani
  • Syaikh Rahmaullah
  • Syaikh Sholeh Bafadlal
  • Sayyid Abbas Al Maliki
  • Sayyid Alwi bin Ahmad As Segaf
  • Sayyid Husain Al Habsyi
  • Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani
  • Sayyid Abdullah al-Zawawi
  • Sayyid Ahmad bin Hasan al-Atthas
  • Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi
  • Memperoleh ijazah dari Habib Abdullah bin Ali Al Haddad
Murid
Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim dan setelah lulus dari pesantren Tebuireng, Jombang, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas, antara lain:
  • KH Abdul Wahab Hasbullah, Pesantren Tambak Beras, Jombang
  • KH Bisri Syansuri, Pesantren Denanyar, Jombang
  • KH R As’ad Syamsul Arifin
  • KH Wahid Hasyim (anaknya)
  • KH Achmad Shiddiq
  • Syekh Sa’dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India)
  • Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Makkah)
  • Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria)
  • KH R Asnawi (Kudus)
  • KH Dahlan (Kudus)
  • KH Shaleh (Tayu)
Keturunan
Berikut disampaikan silsilah keturunan beliau sampai dengan tingkat cucu.
  • Nyai Khodijah, istri pertama yang merupakan putri dari Kyai Ya’qub, Sidoarjo. Meninggal dunia sewaktu Kyai Hasyim Asy’ari menuntut ilmu di Mekkah
  • Nyai Nafiqoh, istri kedua, setelah istri pertama wafat, yaitu putri dari Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Putra-putri dari Nyai Nafiqoh: (1) Hannah (2) Khoriyah (3) Aisyah (4) Azzah (5) Abdul Wahid atau sering juga dipanggil sebagai Wahid Hasyim (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik) (7) Abdul Karim (8) Ubaidillah (9) Mashuroh (10) Muhammad Yusuf.
  • Nyai Masruroh, istri ketiga, setelah istri kedua wafat, yaitu putrid dari Kyai Hasan, pengasuh pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kiyai Hasyim dikaruniai 4 orang putra putri, yaitu: (1) Abdul Qodir (2) Fatimah (3) Khotijah (4) Muhammad Ya’qub.

0 komentar:

Posting Komentar