Selasa, 29 Maret 2016

Cara Menumbuhkan Semangat Nasionalisme Generasi Muda

Seringkali kita temukan para pemuda yang tidak memahami atau salah memahami makna nasionalisme. Padahal pemahaman yang benar tentang makna nasionalisme akan menjadi pemicu semangat untuk berbuat. Ia akan menjadi motivasi bagi para pemuda untuk turut serta membangun negeri. Untuk itu, semangat nasionalisme tersebut harus ditumbuhkan pada generasi muda dengan berbagai cara, diantaranya yaitu:
a. Pendidikan formal
Semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pendidikan formal dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Caranya bisa dengan memasukkan semangat nasionalisme religius ini ke dalam kurikulum pelajaran tertentu seperti PKn, sejarah dan sebagainya. Metode pengajarannya disesuaikan dengan usia peserta didik.
Meskipun diajarkan di sekolah, metode pengajarannya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya story telling kisah para pahlawan, menonton film perjuangan seperti Tjokroaminoto, pentas drama, baca puisi, dan sebagainya. Cara mengajarkan anak semangat nasionalisme religius tidak perlu dengan cara yang dogmatis. Seorang anak akan lebih mudah menerima pesan dengan cara penyampaian yang menyenangkan.
Jika semangat nasionalisme religius ini secara konsisten ditanamkan sejak anak-anak hingga menjadi mahasiswa maka ia akan tertanam dalam sanubari. Dengan begitu generasi muda kita tidak akan mudah terpedaya oleh rayuan ideologi yang justru akan merusak bangsa. Untuk itu, pemerintah harus membuat kurikulum pendidikan yang memuat semangat nasionalisme religius secara berkesinambungan.
b. Pendidikan non formal
Selain melalui pendidikan formal, menumbuhkan semangat nasionalisme religius juga bisa dilakukan melalui pendidikan non formal. Misalnya semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pengajian di pesantren. Begitu juga dengan pengajian remaja masjid, rohis SMA atau kampus, taman pendidikan Al Quran dan sebagainya.
Jika mungkin ada sesi pengajian khusus bertema cinta tanah air dan semacamnya. Mungkin juga semangat kebangsaan ini selalu diselipkan disela-sela pengajian dengan tema yang berkaitan. Metode pengajarannya tidak mesti kaku dan terkadang membosankan. Apabila memungkinkan bisa juga menerapkan metode pengajaran seperti pendidikan formal di atas. Misalnya dengan story telling, nonton film, pentas drama, baca puisi dan lain sebagainya.
Penerapan cara ini akan menjangkau para pemuda yang tidak menempuh pendidikan formal. Sebagian pemuda yang hanya belajar di pesantren pun bisa mengetahui, memahami dan menjiwai semangat nasionalisme religius. Dengan demikian diharapkan semangat kebangsaan ini bisa merasuk ke semua elemen generasi muda.
c. Sosial media
Saat ini penggunaan sosial media di kalangan pemuda Indonesia sudah menjadi hal biasa. Bahkan berdasarkan laporan tahunan dari We Are Social, sebuah agensi marketing sosial, Indonesia memiliki 72,7 juta pengguna aktif internet, 72 juta pengguna aktif sosial media, dimana 62 juta penggunanya mengakses sosial media menggunakan perangkat mobile. Waktu yang digunakan untuk mengakses sosial media rata-rata selama 2 jam 52 menit dalam sehari.
Data lain dari hasil studi berjudul “Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia” (Keamanan Penggunaan Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia) yang diadakan oleh UNICEF bermitra dengan Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet and Society, Harvard University menyatakan bahwa setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan. Berdasarkan data di atas, bisa disimpulkan bahwa para pemuda kita mayoritas sudah menggunakan internet dan mereka menjadikan sosial media sebagai salah satu sarana untuk melakukan komunikasi.
Untuk itu, salah satu cara menumbuhkan semangat nasionalisme religius bisa dilakukan dengan menggunakan sosial media. Pemerintah, LSM, partai politik dan pihak yang berkepentingan lainnya bisa melakukan kampanye untuk meningkatkan semangat kebangsaan melalui sosial media. Kampanye tersebut bisa berupa pemuatan tulisan berisi berita atau cerita, gambar, video dan sebagainya. Tentu saja penyajiannya harus menarik agar para pemuda mau membaca atau melihatnya.

0 komentar:

Posting Komentar