Seringkali kita temukan para pemuda yang tidak memahami atau salah
memahami makna nasionalisme. Padahal pemahaman yang benar tentang makna
nasionalisme akan menjadi pemicu semangat untuk berbuat. Ia akan menjadi
motivasi bagi para pemuda untuk turut serta membangun negeri. Untuk
itu, semangat nasionalisme tersebut harus ditumbuhkan pada generasi muda
dengan berbagai cara, diantaranya yaitu:
a. Pendidikan formal
Semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pendidikan
formal dimulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Caranya
bisa dengan memasukkan semangat nasionalisme religius ini ke dalam
kurikulum pelajaran tertentu seperti PKn, sejarah dan sebagainya. Metode
pengajarannya disesuaikan dengan usia peserta didik.
Meskipun diajarkan di sekolah, metode pengajarannya bisa dilakukan
dengan berbagai cara. Misalnya story telling kisah para pahlawan,
menonton film perjuangan seperti Tjokroaminoto, pentas drama, baca
puisi, dan sebagainya. Cara mengajarkan anak semangat nasionalisme
religius tidak perlu dengan cara yang dogmatis. Seorang anak akan lebih
mudah menerima pesan dengan cara penyampaian yang menyenangkan.
Jika semangat nasionalisme religius ini secara konsisten ditanamkan
sejak anak-anak hingga menjadi mahasiswa maka ia akan tertanam dalam
sanubari. Dengan begitu generasi muda kita tidak akan mudah terpedaya
oleh rayuan ideologi yang justru akan merusak bangsa. Untuk itu,
pemerintah harus membuat kurikulum pendidikan yang memuat semangat
nasionalisme religius secara berkesinambungan.
b. Pendidikan non formal
Selain melalui pendidikan formal, menumbuhkan semangat nasionalisme
religius juga bisa dilakukan melalui pendidikan non formal. Misalnya
semangat nasionalisme religius bisa ditumbuhkan melalui pengajian di
pesantren. Begitu juga dengan pengajian remaja masjid, rohis SMA atau
kampus, taman pendidikan Al Quran dan sebagainya.
Jika mungkin ada sesi pengajian khusus bertema cinta tanah air dan
semacamnya. Mungkin juga semangat kebangsaan ini selalu diselipkan
disela-sela pengajian dengan tema yang berkaitan. Metode pengajarannya
tidak mesti kaku dan terkadang membosankan. Apabila memungkinkan bisa
juga menerapkan metode pengajaran seperti pendidikan formal di atas.
Misalnya dengan story telling, nonton film, pentas drama, baca puisi dan
lain sebagainya.
Penerapan cara ini akan menjangkau para pemuda yang tidak menempuh
pendidikan formal. Sebagian pemuda yang hanya belajar di pesantren pun
bisa mengetahui, memahami dan menjiwai semangat nasionalisme religius.
Dengan demikian diharapkan semangat kebangsaan ini bisa merasuk ke semua
elemen generasi muda.
c. Sosial media
Saat ini penggunaan sosial media di kalangan pemuda Indonesia sudah
menjadi hal biasa. Bahkan berdasarkan laporan tahunan dari We Are
Social, sebuah agensi marketing sosial, Indonesia memiliki 72,7 juta
pengguna aktif internet, 72 juta pengguna aktif sosial media, dimana 62
juta penggunanya mengakses sosial media menggunakan perangkat mobile.
Waktu yang digunakan untuk mengakses sosial media rata-rata selama 2 jam
52 menit dalam sehari.
Data lain dari hasil studi berjudul “Digital Citizenship Safety among
Children and Adolescents in Indonesia” (Keamanan Penggunaan Media
Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia) yang diadakan oleh UNICEF
bermitra dengan Kementerian Kominfo serta Berkman Center for Internet
and Society, Harvard University menyatakan bahwa setidaknya 30 juta
anak-anak dan remaja di Indonesia merupakan pengguna internet, dan media
digital saat ini menjadi pilihan utama saluran komunikasi yang mereka
gunakan. Berdasarkan data di atas, bisa disimpulkan bahwa para pemuda
kita mayoritas sudah menggunakan internet dan mereka menjadikan sosial
media sebagai salah satu sarana untuk melakukan komunikasi.
Untuk itu, salah satu cara menumbuhkan semangat nasionalisme religius
bisa dilakukan dengan menggunakan sosial media. Pemerintah, LSM, partai
politik dan pihak yang berkepentingan lainnya bisa melakukan kampanye
untuk meningkatkan semangat kebangsaan melalui sosial media. Kampanye
tersebut bisa berupa pemuatan tulisan berisi berita atau cerita, gambar,
video dan sebagainya. Tentu saja penyajiannya harus menarik agar para
pemuda mau membaca atau melihatnya.
Selasa, 29 Maret 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar