Sabtu, 03 Desember 2016

Syekh Yasin Al-Fadani Putra Minang yang Jadi Guru di Makkah

Siapakah yang tidak kenal akan kebesaran dan ketokohan maha guru satu ini ? Ya, beliau merupakan ulama besar keturunan Indonesia yang menjadi penjaga aqidah ahlussunnah wal jamaah di kota Makkah. Beliau menjadi rujukan para santri dari seluruh penjuru dunia termasuk dari Indonesia. Sederetan nama besar ulama nusantara pernah menjadi santri dan merasakan "tangan dingin" beliau dalam memberikan tarbiyah. Keulamaan beliau menjadikan tak seorang ulama pun di masanya yang berani mencela atau mengkritik beliau. Namun demikian, beliau merupakan sosok yang amat sederhana, hanya mengenakan pakaian apa adanya, tidak berlebih-lebihan dan senang nongkrong di Gahwaji untuk menghisap syesah atau rokok arab yang biasa dihisap dengan tembakau dari buah-buahan dan menjadi rokok yang mentradisi di Arab. Dan uniknya, tak seorang pun berani mengkritik apalagi mencela kebiasaan beliau menghisap syesah ini, karena keluasaan ilmu beliau yang membuat setiap orang menaruh hormat dan segan kepada beliau.

Syaikh Yasin Al-Fadani, begitu orang mengenal beliau, bernama lengkap Syaikh Abul Faidh Alam Ad-Diin Muhammad Yasin bin Muhammad Isa bin Udiq al-Fadani, merupakan ulama besar berdarah nusantara tepatnya berdarah Sumatera Barat, yang lahir di kota Mekah, Arab Saudi, pada tanggal 17 Juni tahun 1915 masehi. Ayahnya bernama Syaikh Muhammad Isa bin Udiq al-Fadani, sedangkan ibu beliau bernama Maimunah binti Abdullah Fadani. 

Beliau merupakan salah satu hadits atau muhadits terbesar di masanya. Beliau mendapatkan gelar sebagai al-musnid dunya atau ulama ahli sanad dunia dalam keahliannya di bidang ilmu periwayatan hadist. Selain itu, beliau juga merupakan seorang ahli ilmu fiqih, tasawuf, falak dan ilmu keislaman lainnya. Beliau merupakan ulama sekaligus seorang kepala madrasah Darul Ulum yang memiliki banyak santri dari berbagai penjuru dunia termasuk dari Indonesia. Para santri datang mengaji kepada beliau selain untuk menimba ilmu juga untuk bertabaruk, ngalap berkah dari beliau dan mendapatkan ijazah sanad hadits dari beliau.
  
Kehidupan Di Masa Kecil dan Remajanya

Sejak kecil Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani telah menimba ilmu agama dari ayahnya sendiri yang seorang ulama besar. Setelah itu beliau meneruskan thalabul ilmi nya kepada Syaikh Mahmud al-Fadani. 

Syaikh Yasin Al-Fadani Muda
Pada tahun 1346 hijriyah, beliau masuk di Madrasah Ash-shaulatiyah. Selama belajar di sana, beliau menunjukkan kecerdasan yang luar biasa dan sangat jarang ditemukan pada anak seusia beliau. Hal inilah yang membuat para guru beliau merasa takjub dan sangat mencintai beliau.

Namun pada sekitar tahun 1934 terjadilah konflik di sh-Shauthiyyah. konon penyebabnya adalah tindakan direktur ash-shaulatiyah yang tidak terpuji Dimana direktur ash-shaulatiyah telah menyinggung perasaan para pelajar asal Asia tenggara, terutama dari Indonesia. Sang Drektur menjadi tersangka perobekan surat kabar melayu yang dianggap sebagai bentuk pelecehan kepada martabat bangsa melayu. Karena itu kemudian beliau mengemukakan ide untuk mendirikan madrasah baru yang kemudian diberi nama madrasah Darul Ulum di Makkah. Setelah madrasah baru ini selesai dibangun, para pelajar yang dari ash-Shaulatiyah banyak yang pindah ke Darul Ulum. Di Madrasah ini, Syaikh Yasin menjadi wakil direktur. Walau telah memiliki jabatan tinggi, namun beliau tetap melanjutkan thalabul ilminya kepada para ulama-ulama besar kota Makkah dan tempat lainnya. 

Beliau merupakan seorang pelajar yang haus akan ilmu. Bahkan ketika kelak menjadi ulama, beliau tetap haus ilmu. Beliau dikenal sebagai orang yang suka memburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah ilmu atau kitab. Itulah sebabnya beliau mendapatkan gelar al-Musnid Ad-Dunya atau pemilik sanad terbanyak di dunia. Hal ini karena beliau seorang ulama yang paling banyak memiliki sanad di dunia ini.  

Menjadi Seorang Pendidik

Setelah matang dalam ilmu keislaman, Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani kemudian dipercaya untuk menjadi ulama dan guru yang secara aktif memberikan kuliah di masjidil haram dan di Darul Ulum ad-Diniyyah, tepatnya di permulaan tahun 1938 masehi atau 1356 hijriyah. Kemudian hari, pada tahun 1941 masehi atau 1359 hijriyah, beliau dipercaya sebagai direktur di Darul Ulum. Adapun untuk mengajar di Masjidil Haram sendiri, maka beliau memperoleh izin untuk mengajar di sana pada tanggal 10 Jumadil khir tahun 1369 hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 29 maret tahun 1950 masehi. Yang memberikan izin untuk mengajar di sana adalah Dewan Ulama Masjidil Haram.

Di kedua forum pendidikan ini, beliau banyak mengajarkan ilmu hadits dan juga ilmu keislaman lainnya. Setiap bulan ramadhan, beliau secara istiqamah membaca kutubussittah atau enam kitab utama ilmu hadits. Selain membacakan kutubussttah, beliau juga memberikan ijazah keilmuan kepada para santri. Hal ini berlangsung selama kurang lebih lima belas tahun. 

Syaikh Yasin dan Syesah-nya
Syaikh Yasin seringkali memberikan ijazah, baik itu ijazah khas, ijazah 'aam ataupun ijazah muthlaq. Berkenaan dengan ijazah khas itu sendiri, Syaikh Yasin sangat memberikan perhatian kepada beberapa ulama dan para tokoh cerdik cendekia yang sudah terlihat kewibawaan serta kepakaran mereka, maka oleh beliau dibuatkan kitab-kitab ijazah sanad yang khusus buat mereka. Diantara para ulama yang mendapatkan ijazah khash dari Syaikh yasin Adalah sebagai berikut:
  1. Sayyid Muhammad Al-hasyimi
  2. Syaikh Zakaria Bila
  3. Syaikh Dr. Mahmud Said Mamduh
  4. Al-Mufti al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya
  5. Al-Qadhi Muhammad al-Umari
  6. Asy-Syaikh Muhammad Taqiy al-Usmani
  7. Asy-Syaikh Ismail Zain al-Yamani
  8. Al-Habib Abu Bakar Athas al-Habsyi
  9. Asy-Syaikh Muhammad Riyadh al-Malih
  10. Al-Allamah Muhammad Zabarah
  11. Syaikh Abdullah al-Jarafi
  12. Syaikh Dr. Yahya Ghautsani
  13. Syaikh Aiman Suwaid
  14. Prof. Dr. Sayyidisy Syaikh As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki
  15. dan para ulama besar lainnya
Adapun dengan ijazah ‘am, Syaikh Yasin al-Faddani boleh dikatakan sebagai seorang ahli hadits yang pemurah. Berulang kali beliau menyebut dalam beberapa kitab sanadnya pernyataan tentang pengijazahan sanad kepada semua orang yang hidup di zamannya, dengan objektif untuk memberi manfaat kepada para penuntut ilmu dan menyebarluaskan sanad-sanad periwayatan. Sebagai contoh, di akhir kitab Waraqat fi Majmu’at al-Musalsalat wa al-Awa’il wa al-Asanid al-‘Aliyyah beliau menuliskan:
هذا وقد اجزنا بما فى هذه الورقات كل من اراد رواية ذلك عنا ممن ادرك حياتنا وكذا غيره مما تجوز لنا روايته وتثبت عنا معرفته ودريته
Dan di akhir kitab al-‘Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah beliau menuliskan:
 وقد اجزنا بها جميع اهل عصري ووقتى ممن اراد الرواية عني Di akhir kitab an-Nafhat al-Miskiyyah fi al-Asanid al-Muttashilah lebih luas lagi beliau menyebutkan dengan ungkapan:
وقد أجزت بالأوائل السنبلية خاصة، وبهذه النفحة المسكية بأسانيدنا المتصلة بها، وكذا بجميع مؤلفاتي  ومروياتي، كلّ مَن أراد
جميع ذلك ممن أدرك حياتي، أو وُلد في السنين المتممة لعقد وفاتي.اهـ
Walaupun pengijazahan ‘am seperti ini masih dipersilisihkan di antara ulama, namun Syaikh Yasin lebih memilih pandangan yang mengharuskannya. Di sisi lain mayoritas ulama berpendapat bahwa ijazah demikian adalah jenis ijazah yang paling lemah.
Syaikh Yasin Bin Isa Al-Fadani Sang Sayuthiyyu Zamanihi

Keulamaan Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani sangatlah cemerlang dan diakui oleh para ulama di masanya hingga kini. Bahkan sebagian ulama besar dengan terang-terangan memberikan gelar kepada beliau dengan gelar Sayuthiyyu Zamanihi atau Imam Hafid Assayuthi di zamannya.Salah satu ulama besar sekaligus waliyullah yang memberikan gelar ini adalah Maulana Al-Habib Segaf bin Muhammad As-Segaf dari tarim, Hadramaut, Yaman. Beliau merupakan satu diantara puluhan ribu ulama yang sangat mengagumi ketinggian ilmu Syaikh Yasin Al-Fadani ini.

Namun demikian, keluasan ilmu beliau tidak membuat beliau gelap mata. Beliau tetap dalam kesederhanaannya dan ketawadhu'annya. Salah satu bukti ketawadhuan beliau adalah saat beliau menyempatkan diri berkunjung ke nusantar, yang merupakan  tanah kelahiran dan tanah asal dari nenek moyangnya itu. Di sana beliau mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat nusantara. Bahkan ribuan ulama berbondong-bondong menemui beliau untuk meminta ijazah sanad hadits dan minta diakui sebagai murid beliau. Salah satu yang datang menemui beliau adalah KH. Syafi'i Hadzami. Ketika kyai Syafi'i berhasil menemui Syaikh Yasin, kyai Syafi'i langsung minta diangkat sebagai murid. Namun apa reaksi Syaikh Yasin ? Beliau malah menolak permintaan kyai Syafi'i tersebut.Beliau menolak bukan karena tidak senang kepada kyai Syafi'i, namun beliau menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan bahkan beliau yang kemudian meminta diangkat menjadi muridnya kyai Syafi'i. Menurut Syaikh Yasin, kyai Syafi'i merupakan ulama besar yang tidak diragukan lagi keilmuan dan kealimannya. Kata Syaikh Yasin, sosok kyai Syafi'i sudah sangat dikenal di kota Makkah sebagai sosok ulama nusantara yang mumpuni dan memiliki keluasan ilmu agama. Demikianlah sedikit dari ketawadhu'an Syaikh Yasin Al-Fadani.
Kehidupan beliau yang memang dianugerahi berbagai keutamaan dengan salah satunya yaitu dapat tinggal di kota Mekkah, bisa dikatakan sebagai lantaran beliau mendapatkan kemudahan untuk berguru kepada para ulama besar di masanya, baik yang tinggal atau bermukim di tanah suci itu sendiri, maupun dari luar tanah suci misalnya dari Malaysia, Indonesia, India, Rusia, Pakistan, Iraq, Maghribi, Mesir, Yaman , Palestina, Syiria, Lebanon dan lain sebagainya. Hingga guru beliau tidak kurang kurang dari 700 orang. Inilah kemudian mengapa dalam diri beliau terkumpul berbagai macam sanad periwayatan ilmu dan hadits. 

Guru-Guru Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani


Menghitung guru-guru yang telah berjasa besar dalam mencetak sosok Syaikh Yasin al-Fadani tidaklah mudah apabila tidak mau dianggap mustahil. Sebab guru-guru beliau hampir tidak dapat dihitung jumlah pastinya.  Ada yang mengatakan bahwa jumlah guru beliau tidak kurang dari 700 (tujuh ratus) orang.

Karya-Karya Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani

Syaikh Yasin Al-Fadani sang Al-Musnid Dunya

Syaikh Yasin merupakan seorang ulama yang sangat produktif menulis kitab. Karyanya tidak kurang dari 100 kitab, dan kabarnya hingga hari ini para murid baru berhasil mengumpulkan kitab beliau sebanyak 97 kitab, dengan rincian 25 kitab tentang ilmu dan ushul fiqh, 36 kitab tentang ilmu falak, 9 kitab tentang ilmu hadits, dan sisanya tentang ilmu-ilmu lainnya. Selain itu, walaupun beliau berdarah melayu, namun keseluruhan kitab beliau ditulis dalam bahasa Arab. Berikut diantara kitab-kitab karya beliau yang masih dapat diketahui:
  1. Al-Fawaid al-Janiyyah (Terbit tahun 1417 hijriyah atau 1996 masehi). Kitab ini masih dikaji oleh banyak ulama dan pelajar hingga kini. Bahkan kitab ini sendiri telah dijadikan materi silabus mata kuliah ushul fiqh di Fakultas Syari’ah Universitas al-Azhar Mesir. Sebagaimana diakui oleh kalangan para ulama yang mengetahui kadar keilmuan beliau, faktor susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padat menjadikan karya Syaikh Yasin dijadikan oleh para ulama dan pelajar sebagai rujukan.
  2. Al-Washl as-Sami bi Ijazah Sayyid Muhammad al-Hasyimi
  3. Ad-Durr al-Madhud fi Syarh Sunan Abu Dawud 20 jilid
  4. Syarh al-Musalsal bi al-‘Itrat ath-Thahirah
  5. Nail al-Ma’mul Hasyiyah ‘ala Ghayat al-Wushul ‘ala Lubb al-Ushul
  6. Bughyat Musytaq Syarh al-Luma’ Abi Ishaq
  7. Tashnif as-Sama’ fi Mukhtashar ‘Ilm al-Wadha’
  8. Fath al-‘Allam fi Syarh Bulugh al-Maram
  9. Bulghat al-Musytaq fi ‘Ilm Isytiqaq
  10. Syarh Jauhar Tsamin fi Arba’in Haditsan min Ahadits Sayyid al-Mursalin li al-‘Ajluni
  11. Hasyiyah ‘ala Risalah Hajar Zadah fi ‘Ilm Wadha’
  12. Al-Fawaid al-Janiyyah ‘ala Qawa’id al-Fiqhiyyah (terbit tahun 1417 H/1996 M)
  13. Hasyiyah ‘ala al-Asybah wa an-Nadzair fi Furu’ Fiqh asy-Syafi’i li as-Suyuthi
  14. Idhah an-Nur al-Lami’ Syarh al-Kaukab as-Sathi’
  15. Tatmim ad-Dukhul Ta’liqat ‘ala Madkhal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul
  16. Hasyiyah ‘ala at-Talaththuf fi Ushul Fiqh
  17. Hasyiyah ‘ala al-Qawa’id al-Kubra li al-‘Izz bin Abdissalam
  18. Ta’liqat ‘ala Syarh Mandzumah az-Zamzami fi Ushul at-Tafsir
  19. Ta’liqat ‘ala Luma’ Abi Ishaq asy-Syirazi fi ‘Ilm Ushul
  20. Al-Khamaliyah Syarh Mutawasith ‘ala Tsamarat al-Wasilah
  21. Ar-Riyadh Nadzrah Syarh Nadzm al-‘Alaliy al-Muntatsirah fi al-Maqulat al-‘Asyrah
  22. Taqrir al-Maslak li Man Arada ‘Ilm Falak
  23. Syarh ‘ala Risalah al-Adhud fi al-Wadha’
  24. Tatsnif as-Sami’ Mukhtashar fi ‘Ilm al-Wadh’i
  25. Ad-Durar an-Nadhid Hasyiyah ‘ala Kitab at-Tamhid li al-Asnawi fi Ushul Fiqh asy-Syafi’i
  26. Manhal al-Ifadah Hawasyi ‘ala Risalah Adab al-Bahts wa al-Munadzarah li Thasy Kubra Zadah
  27. Kaukab al-Anwar fi Asma’ an-Nujum as-Samawiyah
  28. Janiyy ats-Tsamar Syarh Mandzumah Manazil Qamar
  29. Al-Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Auqat wa al-Qiblat bi ar-Rubu’ al-Mujayyab
  30. Thabaqat asy-Syafi’iyyah ash-Shughra
  31. Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra
  32. Syarh ‘ala Mandzumah Zubad li Ibni Ruslan fi al-Fiqh Syafi’i
  33. Thabaqat ‘Ulama al-Falak wa al-Miqat
  34. Thabaqat ‘Ulama al-Ushul wa al-Qawa’id al-Fiqhiyyah
  35. Thabaqat Masyahir an-Nuhah wa Tasalsul Akhdzihim
  36. Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir ‘ala Tsamarah al-Wasilah
  37. Husn ash-Shiqayah Syarh Kitab Durus al-Balaghah
  38. Al-Mawahib al-Jazilah Syarh Tsamrah al-Wasilah fi al-Fala
  39. Ittihaf al-Khallan Taudhih Tuhfat al-Bayan fi ‘Ilm al-Bayan
  40. Al-Qaul al-Jamil bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim bin Aqil
  41. Risalah fi ‘Ilm al-Manthiq
  42. Al-‘Ujalah fi al-Hadits al-Mutsaltsal
  43. Tanwir al-Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Syahirah (terbit tahun 1403 H/1983 M)
  44. Al-Isyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
  45. Ar-Risalah al-Bayaniyyah ‘ala Thariqat as-Sual wa al-Jawab
  46. Al-Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab’ah
  47. Asma al-Ghayah fi Asanid asy-Syaikh Ibrahim al-Hazazmi fi al-Qiraah
  48. Ithaf al-Mustafid bi an-Nur al-Asanid
  49. Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-‘Asyrah (terbit tahun 1403 H/1983 M
  50. Al-‘Iqd al-Fard min Jawahir al-Asanid
  51. Ad-Durr al-Farid min Durar al-Asanid
  52. Al-Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wa al-Awail wa Asanid al-‘Aliyyah (terbit tahun 1406H/1986M)
  53. Ithaf Uli al-Himam al-‘Aliyyah bi al-Kalam ‘ala al-Hadits al-Musalsal al-Awwaliyyah
  54. Ikhthiyar wa Ikhtishar Riyadh Ahli Jannah min Atsar Ahli as-Sunnah li ‘Abdul Baqi’ al-Ba’li al-Hanbali
  55. Al-Arba’un Haditsan Mutsaltsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthi
  56. Qurrat al-‘Ain fi Asanid A’lam al-Haramain
  57. Al-Arba’un al-Buldaniyyah Arba’un Haditsan ‘an Arba’in ‘an Arba’in (terbit tahun 1407 H/1987 M)
  58. Al-Arba’un Haditsan min Arba’in Kitan ‘an Arba’in ‘an Arba’in Syaikhan (terbit tahun 1429 H/2008 M)
  59. Al-Muqtathaf min Ithaf al-Kabir bi Makkiy
  60. Ailsilah al-Wushlah Majmu’ah Mukhatarah min al-Hadits al-Mustalsal
  61. Fath ar-Rabb al-Majid fi Ma li Asyyakhi min Faraid al-Ijazah wa al-Asanid
  62. Nihayat al-Mathlab fi ‘Ulum al-Isnad wa al-Adab
  63. Faidh ar-Rahmani bi Ijazat Samahah al-‘Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-‘Utsmani (terbit tahun 1406 H/1986 M)
  64. As-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah al-Muarrikh as-Sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah
  65. Ta’liqat ‘ala Kifayat al-Mustafiq li asy-Syaikh Mahfudz at-Turmusi
  66. Al-‘Ujalah al-Makkiyyah
  67. Al-Waraqat ‘ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba’in Haditsan min al-Hadits Sayyid al-Mursalin ; dan
  68. Ad-Durar an-Nadzir wa ar-Raudh an-Nadzir fi Majmu’ al-Ijazah bi Tsabat al-Amir
  69. Faidh ar-Rahman fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan
  70. Ittihaf ath-Thalib as-Sirri bi al-Asanid ila al-Wajih al-Kuzbari
  71. Al-Asanid al-Faqih Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki (terbit tahun 1429H/2008M)
  72. Tahqiq al-Jami’ al-Hawi fi Marmiyat asy-Syarqawi
  73. Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Majma’ al-Wujdan (terbit tahun 1406H/1986M)
  74. Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan
  75. Ittihaf as-Samir bi Auham Ma fi Tsabat al-Amir
  76. Faidh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin
  77. Ittihaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan
  78. Ijazah asy-Syaikh Aiman Suwaid
  79. Ijazah as-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki
  80. Faidh al-Ilah al-‘Ali fi Asanid ‘Abdil Baqi al-Ba’li al-Hanbali
  81. Al-Irsyad as-Sawiyyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
  82. Al-Waslu ar-Rati fi Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
  83. Al-Awail as-Sunbuliyah wa Dhailuha (terbit tahun 1427 H/2006 M)
  84. Ta’liqat ‘ala al-Awail as-Sunbuliyyah
  85. Bughyat al-Muris fi ‘Ilm al-Asanid
  86. Al-Maslak al-Jaliy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Muhammad ‘Aliy (terbit tahun 1408 H/1988 M)
  87. Ta’liqat ‘ala Tsabat al-Kazbari al-Hafidz
  88. Ta’liqat ‘ala Tsabat asy-Syibrazi
  89. Ad-Durr an-Natsir fi Ittishal bi Tsabat al-Amir
  90. Ta’liqat ‘ala Tsabat asy-Syanwani
  91. Ta’liqat ‘ala Husn al-Wafa li Ikhwan ash-Shafa
  92. Tsabat al-Kazbari (terbit tahun 1403 H/1983 M)
  93. Ta’liqat ‘ala al-Awail al-‘Ajluniyyah
  94. Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-‘Adi wa ar-Raih bi Ijazah al-Ustadz Muhammad Riyadh al-Malih
  95. Al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid
  96. Al-‘Ujlah fi Ahadits al-Musalsalah (terbit tahun 1405 H/1985 M)
  97. Faidh al-Bari bi Ijazah al-Wajih as-Sayyid ‘Abdurrahman al-Anbari
  98. Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-Ghadi wa ar-Raih (terbit tahun 1426H/2005M)
  99. Faidh al-Mabdi bi Ijazah asy-Syaikh Muhammad ‘Audh az-Zabidi (terbit tahun 1429 H/2008 M)
  100. Al-Kawakib ad-Darari fi Ijazah Mahmud bin Sa’id al-Qahiri
  101. Uqud al-Lujain fi Ijazah Syaikh Ismail Zain
  102. Al-Muqtathif min Ittihaf al-Akabir bi Asanid al-Mufti Abdul Qadir
  103. Al-Mawahib al-Jazilah wa al-‘Uqud al-Jamilah fi Ijazah al-‘Allamah al-Bahhatsah al-Musyarik asy-Syaikh Abi Yahya Zakaria bin Abdullah Bila
  104. Masyjarah bi Asanid al-Fiqh asy-Syafi’i
  105. An-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyyah (terbit tahun 1409H/1989M)
  106. Al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah
  107. An-Nafhat al-Hasaniyyah (terbit tahun 1396 H/1976 M)
  108. Al-Washl ar-Ratibi fi Tarjamah wa Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
  109. Al-Wafi bi Dzail Tadzkar al-Masafi bi Ijazah Syaikh Abdullah al-Jarafi (terbit tahun 1429 H/2008 M)
  110. Nahj as-Salamah fi Ijazah ash-Shafi Ahmad Salamah
  111. dan masih banyak lagi lainnya

Wafatnya Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani


Syaikh Yasin bersama ulama
Setelah mendarmabaktikan hidupnya untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi lentera yang menerangi qalbu umat islam dunia, Syaikh Yasin pun akhirnya harus menutup usianya di dunia fana ini. Beliau wafat pada hari Jumat, Subuh, pada tanggal 27 Dzulhijjah tahun 1410 hijriyah yang bertepatan dengan 20 juli tahun 1990 masehi dalam usia 75 tahun. Jenazah beliau dimakamkan setelah shalat jumat di pemakaman Ma'la. Dengan kebesaran Allah, selama proses pemakaman beliau, liang lahat yang hanya sederhana ternyata tidak terlihat sebagai liang lahat yang sempit dan lembab, akan tetapi terlihat sebagai lapangan luas membentang dengan bau yang semerbak harum mewangi. Beliau wafat dengan meninggalkan seorang istri dan empat orang putra, masing-masing bernama Muhammad Nur Arafah, Fahd, Ridha dan Nizar.

Syaikh Yasin beserta para ulama

Syaikh Yasin Al-Fadani

Syaikh Yasin, Muhadits Terbesar di Masanya

Syaikh Yasin bersama para ulama Darul Ulum

Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, Seorang Ulama Dunia Berdarah Minang
 

0 komentar:

Posting Komentar