Siapakah yang tidak kenal akan kebesaran dan ketokohan maha guru satu
ini ? Ya, beliau merupakan ulama besar keturunan Indonesia yang menjadi
penjaga aqidah ahlussunnah wal jamaah di kota Makkah. Beliau menjadi
rujukan para santri dari seluruh penjuru dunia termasuk dari Indonesia.
Sederetan nama besar ulama nusantara pernah menjadi santri dan merasakan
"tangan dingin" beliau dalam memberikan tarbiyah. Keulamaan beliau
menjadikan tak seorang ulama pun di masanya yang berani mencela atau
mengkritik beliau. Namun demikian, beliau merupakan sosok yang amat
sederhana, hanya mengenakan pakaian apa adanya, tidak berlebih-lebihan
dan senang nongkrong di Gahwaji untuk menghisap syesah atau rokok arab
yang biasa dihisap dengan tembakau dari buah-buahan dan menjadi rokok
yang mentradisi di Arab. Dan uniknya, tak seorang pun berani mengkritik
apalagi mencela kebiasaan beliau menghisap syesah ini, karena keluasaan
ilmu beliau yang membuat setiap orang menaruh hormat dan segan kepada
beliau.
Syaikh Yasin Al-Fadani, begitu orang mengenal beliau, bernama lengkap
Syaikh Abul Faidh Alam Ad-Diin Muhammad Yasin bin Muhammad Isa bin Udiq
al-Fadani, merupakan ulama besar berdarah nusantara tepatnya berdarah
Sumatera Barat, yang lahir di kota Mekah, Arab Saudi, pada tanggal 17
Juni tahun 1915 masehi. Ayahnya bernama Syaikh Muhammad Isa bin Udiq
al-Fadani, sedangkan ibu beliau bernama Maimunah binti Abdullah Fadani.
Beliau merupakan salah satu hadits atau muhadits terbesar di masanya.
Beliau mendapatkan gelar sebagai al-musnid dunya atau ulama ahli sanad
dunia dalam keahliannya di bidang ilmu periwayatan hadist. Selain itu,
beliau juga merupakan seorang ahli ilmu fiqih, tasawuf, falak dan ilmu
keislaman lainnya. Beliau merupakan ulama sekaligus seorang kepala
madrasah Darul Ulum yang memiliki banyak santri dari berbagai penjuru
dunia termasuk dari Indonesia. Para santri datang mengaji kepada beliau
selain untuk menimba ilmu juga untuk bertabaruk, ngalap berkah dari
beliau dan mendapatkan ijazah sanad hadits dari beliau.
Kehidupan Di Masa Kecil dan Remajanya
Sejak kecil Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani telah menimba ilmu agama dari
ayahnya sendiri yang seorang ulama besar. Setelah itu beliau meneruskan
thalabul ilmi nya kepada Syaikh Mahmud al-Fadani.
Syaikh Yasin Al-Fadani Muda |
Pada tahun 1346 hijriyah, beliau masuk di Madrasah Ash-shaulatiyah.
Selama belajar di sana, beliau menunjukkan kecerdasan yang luar biasa
dan sangat jarang ditemukan pada anak seusia beliau. Hal inilah yang
membuat para guru beliau merasa takjub dan sangat mencintai beliau.
Namun pada sekitar tahun 1934 terjadilah konflik di sh-Shauthiyyah.
konon penyebabnya adalah tindakan direktur ash-shaulatiyah yang tidak
terpuji Dimana direktur ash-shaulatiyah telah menyinggung perasaan para
pelajar asal Asia tenggara, terutama dari Indonesia. Sang Drektur
menjadi tersangka perobekan surat kabar melayu yang dianggap sebagai
bentuk pelecehan kepada martabat bangsa melayu. Karena itu kemudian
beliau mengemukakan ide untuk mendirikan madrasah baru yang kemudian
diberi nama madrasah Darul Ulum di Makkah. Setelah madrasah baru ini
selesai dibangun, para pelajar yang dari ash-Shaulatiyah banyak yang
pindah ke Darul Ulum. Di Madrasah ini, Syaikh Yasin menjadi wakil
direktur. Walau telah memiliki jabatan tinggi, namun beliau tetap
melanjutkan thalabul ilminya kepada para ulama-ulama besar kota Makkah
dan tempat lainnya.
Beliau merupakan seorang pelajar yang haus akan ilmu. Bahkan ketika
kelak menjadi ulama, beliau tetap haus ilmu. Beliau dikenal sebagai
orang yang suka memburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah
ilmu atau kitab. Itulah sebabnya beliau mendapatkan gelar al-Musnid
Ad-Dunya atau pemilik sanad terbanyak di dunia. Hal ini karena beliau
seorang ulama yang paling banyak memiliki sanad di dunia ini.
Menjadi Seorang Pendidik
Setelah matang dalam ilmu keislaman, Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani
kemudian dipercaya untuk menjadi ulama dan guru yang secara aktif
memberikan kuliah di masjidil haram dan di Darul Ulum ad-Diniyyah,
tepatnya di permulaan tahun 1938 masehi atau 1356 hijriyah. Kemudian
hari, pada tahun 1941 masehi atau 1359 hijriyah, beliau dipercaya
sebagai direktur di Darul Ulum. Adapun untuk mengajar di Masjidil Haram
sendiri, maka beliau memperoleh izin untuk mengajar di sana pada tanggal
10 Jumadil khir tahun 1369 hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 29
maret tahun 1950 masehi. Yang memberikan izin untuk mengajar di sana
adalah Dewan Ulama Masjidil Haram.
Di kedua forum pendidikan ini, beliau banyak mengajarkan ilmu hadits dan
juga ilmu keislaman lainnya. Setiap bulan ramadhan, beliau secara
istiqamah membaca kutubussittah atau enam kitab utama ilmu hadits.
Selain membacakan kutubussttah, beliau juga memberikan ijazah keilmuan
kepada para santri. Hal ini berlangsung selama kurang lebih lima belas
tahun.
Syaikh Yasin dan Syesah-nya |
Syaikh Yasin seringkali memberikan ijazah, baik itu ijazah khas, ijazah
'aam ataupun ijazah muthlaq. Berkenaan dengan ijazah khas itu sendiri,
Syaikh Yasin sangat memberikan perhatian kepada beberapa ulama dan para
tokoh cerdik cendekia yang sudah terlihat kewibawaan serta kepakaran
mereka, maka oleh beliau dibuatkan kitab-kitab ijazah sanad yang khusus
buat mereka. Diantara para ulama yang mendapatkan ijazah khash dari
Syaikh yasin Adalah sebagai berikut:
- Sayyid Muhammad Al-hasyimi
- Syaikh Zakaria Bila
- Syaikh Dr. Mahmud Said Mamduh
- Al-Mufti al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya
- Al-Qadhi Muhammad al-Umari
- Asy-Syaikh Muhammad Taqiy al-Usmani
- Asy-Syaikh Ismail Zain al-Yamani
- Al-Habib Abu Bakar Athas al-Habsyi
- Asy-Syaikh Muhammad Riyadh al-Malih
- Al-Allamah Muhammad Zabarah
- Syaikh Abdullah al-Jarafi
- Syaikh Dr. Yahya Ghautsani
- Syaikh Aiman Suwaid
- Prof. Dr. Sayyidisy Syaikh As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki
- dan para ulama besar lainnya
Adapun dengan ijazah ‘am, Syaikh Yasin al-Faddani boleh dikatakan
sebagai seorang ahli hadits yang pemurah. Berulang kali beliau menyebut
dalam beberapa kitab sanadnya pernyataan tentang pengijazahan sanad
kepada semua orang yang hidup di zamannya, dengan objektif untuk memberi
manfaat kepada para penuntut ilmu dan menyebarluaskan sanad-sanad
periwayatan. Sebagai contoh, di akhir kitab Waraqat fi Majmu’at
al-Musalsalat wa al-Awa’il wa al-Asanid al-‘Aliyyah beliau menuliskan:
هذا وقد اجزنا بما فى هذه الورقات كل من اراد رواية ذلك عنا ممن ادرك حياتنا وكذا غيره مما تجوز لنا روايته وتثبت عنا معرفته ودريته
Dan di akhir kitab al-‘Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah beliau menuliskan:
وقد اجزنا بها جميع اهل عصري ووقتى ممن اراد الرواية عني
Di akhir kitab an-Nafhat al-Miskiyyah fi al-Asanid al-Muttashilah lebih luas lagi beliau menyebutkan dengan ungkapan:
وقد أجزت بالأوائل السنبلية خاصة، وبهذه النفحة المسكية بأسانيدنا المتصلة بها، وكذا بجميع مؤلفاتي ومروياتي، كلّ مَن أراد
جميع ذلك ممن أدرك حياتي، أو وُلد في السنين المتممة لعقد وفاتي.اهـ
Walaupun pengijazahan ‘am seperti ini masih dipersilisihkan di antara ulama, namun Syaikh Yasin lebih memilih pandangan yang mengharuskannya. Di sisi lain mayoritas ulama berpendapat bahwa ijazah demikian adalah jenis ijazah yang paling lemah.
وقد أجزت بالأوائل السنبلية خاصة، وبهذه النفحة المسكية بأسانيدنا المتصلة بها، وكذا بجميع مؤلفاتي ومروياتي، كلّ مَن أراد
جميع ذلك ممن أدرك حياتي، أو وُلد في السنين المتممة لعقد وفاتي.اهـ
Walaupun pengijazahan ‘am seperti ini masih dipersilisihkan di antara ulama, namun Syaikh Yasin lebih memilih pandangan yang mengharuskannya. Di sisi lain mayoritas ulama berpendapat bahwa ijazah demikian adalah jenis ijazah yang paling lemah.
Syaikh Yasin Bin Isa Al-Fadani Sang Sayuthiyyu Zamanihi |
Keulamaan Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani sangatlah cemerlang dan diakui
oleh para ulama di masanya hingga kini. Bahkan sebagian ulama besar
dengan terang-terangan memberikan gelar kepada beliau dengan gelar
Sayuthiyyu Zamanihi atau Imam Hafid Assayuthi di zamannya.Salah satu
ulama besar sekaligus waliyullah yang memberikan gelar ini adalah
Maulana Al-Habib Segaf bin Muhammad As-Segaf dari tarim, Hadramaut,
Yaman. Beliau merupakan satu diantara puluhan ribu ulama yang sangat
mengagumi ketinggian ilmu Syaikh Yasin Al-Fadani ini.
Namun demikian, keluasan ilmu beliau tidak membuat beliau gelap mata.
Beliau tetap dalam kesederhanaannya dan ketawadhu'annya. Salah satu
bukti ketawadhuan beliau adalah saat beliau menyempatkan diri berkunjung
ke nusantar, yang merupakan tanah kelahiran dan tanah asal dari nenek
moyangnya itu. Di sana beliau mendapatkan sambutan yang luar biasa dari
masyarakat nusantara. Bahkan ribuan ulama berbondong-bondong menemui
beliau untuk meminta ijazah sanad hadits dan minta diakui sebagai murid
beliau. Salah satu yang datang menemui beliau adalah KH. Syafi'i
Hadzami. Ketika kyai Syafi'i berhasil menemui Syaikh Yasin, kyai Syafi'i
langsung minta diangkat sebagai murid. Namun apa reaksi Syaikh Yasin ?
Beliau malah menolak permintaan kyai Syafi'i tersebut.Beliau menolak
bukan karena tidak senang kepada kyai Syafi'i, namun beliau menganggap
bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan bahkan beliau yang kemudian
meminta diangkat menjadi muridnya kyai Syafi'i. Menurut Syaikh Yasin,
kyai Syafi'i merupakan ulama besar yang tidak diragukan lagi keilmuan
dan kealimannya. Kata Syaikh Yasin, sosok kyai Syafi'i sudah sangat
dikenal di kota Makkah sebagai sosok ulama nusantara yang mumpuni dan
memiliki keluasan ilmu agama. Demikianlah sedikit dari ketawadhu'an
Syaikh Yasin Al-Fadani.
Kehidupan beliau yang memang dianugerahi berbagai keutamaan dengan salah
satunya yaitu dapat tinggal di kota Mekkah, bisa dikatakan sebagai
lantaran beliau mendapatkan kemudahan untuk berguru kepada para ulama
besar di masanya, baik yang tinggal atau bermukim di tanah suci itu
sendiri, maupun dari luar tanah suci misalnya dari Malaysia, Indonesia,
India, Rusia, Pakistan, Iraq, Maghribi, Mesir, Yaman , Palestina,
Syiria, Lebanon dan lain sebagainya. Hingga guru beliau tidak kurang
kurang dari 700 orang. Inilah kemudian mengapa dalam diri beliau
terkumpul berbagai macam sanad periwayatan ilmu dan hadits.
Guru-Guru Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani
Menghitung guru-guru yang telah berjasa besar dalam mencetak sosok
Syaikh Yasin al-Fadani tidaklah mudah apabila tidak mau dianggap
mustahil. Sebab guru-guru beliau hampir tidak dapat dihitung jumlah
pastinya. Ada yang mengatakan bahwa jumlah guru beliau tidak kurang
dari 700 (tujuh ratus) orang.
Karya-Karya Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani
Syaikh Yasin Al-Fadani sang Al-Musnid Dunya |
Syaikh Yasin merupakan seorang ulama yang sangat produktif menulis
kitab. Karyanya tidak kurang dari 100 kitab, dan kabarnya hingga hari
ini para murid baru berhasil mengumpulkan kitab beliau sebanyak 97
kitab, dengan rincian 25 kitab tentang ilmu dan ushul fiqh, 36 kitab
tentang ilmu falak, 9 kitab tentang ilmu hadits, dan sisanya tentang
ilmu-ilmu lainnya. Selain itu, walaupun beliau berdarah melayu, namun
keseluruhan kitab beliau ditulis dalam bahasa Arab. Berikut diantara
kitab-kitab karya beliau yang masih dapat diketahui:
- Al-Fawaid al-Janiyyah (Terbit tahun 1417 hijriyah atau 1996 masehi). Kitab ini masih dikaji oleh banyak ulama dan pelajar hingga kini. Bahkan kitab ini sendiri telah dijadikan materi silabus mata kuliah ushul fiqh di Fakultas Syari’ah Universitas al-Azhar Mesir. Sebagaimana diakui oleh kalangan para ulama yang mengetahui kadar keilmuan beliau, faktor susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padat menjadikan karya Syaikh Yasin dijadikan oleh para ulama dan pelajar sebagai rujukan.
- Al-Washl as-Sami bi Ijazah Sayyid Muhammad al-Hasyimi
- Ad-Durr al-Madhud fi Syarh Sunan Abu Dawud 20 jilid
- Syarh al-Musalsal bi al-‘Itrat ath-Thahirah
- Nail al-Ma’mul Hasyiyah ‘ala Ghayat al-Wushul ‘ala Lubb al-Ushul
- Bughyat Musytaq Syarh al-Luma’ Abi Ishaq
- Tashnif as-Sama’ fi Mukhtashar ‘Ilm al-Wadha’
- Fath al-‘Allam fi Syarh Bulugh al-Maram
- Bulghat al-Musytaq fi ‘Ilm Isytiqaq
- Syarh Jauhar Tsamin fi Arba’in Haditsan min Ahadits Sayyid al-Mursalin li al-‘Ajluni
- Hasyiyah ‘ala Risalah Hajar Zadah fi ‘Ilm Wadha’
- Al-Fawaid al-Janiyyah ‘ala Qawa’id al-Fiqhiyyah (terbit tahun 1417 H/1996 M)
- Hasyiyah ‘ala al-Asybah wa an-Nadzair fi Furu’ Fiqh asy-Syafi’i li as-Suyuthi
- Idhah an-Nur al-Lami’ Syarh al-Kaukab as-Sathi’
- Tatmim ad-Dukhul Ta’liqat ‘ala Madkhal al-Wushul ila ‘Ilm al-Ushul
- Hasyiyah ‘ala at-Talaththuf fi Ushul Fiqh
- Hasyiyah ‘ala al-Qawa’id al-Kubra li al-‘Izz bin Abdissalam
- Ta’liqat ‘ala Syarh Mandzumah az-Zamzami fi Ushul at-Tafsir
- Ta’liqat ‘ala Luma’ Abi Ishaq asy-Syirazi fi ‘Ilm Ushul
- Al-Khamaliyah Syarh Mutawasith ‘ala Tsamarat al-Wasilah
- Ar-Riyadh Nadzrah Syarh Nadzm al-‘Alaliy al-Muntatsirah fi al-Maqulat al-‘Asyrah
- Taqrir al-Maslak li Man Arada ‘Ilm Falak
- Syarh ‘ala Risalah al-Adhud fi al-Wadha’
- Tatsnif as-Sami’ Mukhtashar fi ‘Ilm al-Wadh’i
- Ad-Durar an-Nadhid Hasyiyah ‘ala Kitab at-Tamhid li al-Asnawi fi Ushul Fiqh asy-Syafi’i
- Manhal al-Ifadah Hawasyi ‘ala Risalah Adab al-Bahts wa al-Munadzarah li Thasy Kubra Zadah
- Kaukab al-Anwar fi Asma’ an-Nujum as-Samawiyah
- Janiyy ats-Tsamar Syarh Mandzumah Manazil Qamar
- Al-Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Auqat wa al-Qiblat bi ar-Rubu’ al-Mujayyab
- Thabaqat asy-Syafi’iyyah ash-Shughra
- Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra
- Syarh ‘ala Mandzumah Zubad li Ibni Ruslan fi al-Fiqh Syafi’i
- Thabaqat ‘Ulama al-Falak wa al-Miqat
- Thabaqat ‘Ulama al-Ushul wa al-Qawa’id al-Fiqhiyyah
- Thabaqat Masyahir an-Nuhah wa Tasalsul Akhdzihim
- Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir ‘ala Tsamarah al-Wasilah
- Husn ash-Shiqayah Syarh Kitab Durus al-Balaghah
- Al-Mawahib al-Jazilah Syarh Tsamrah al-Wasilah fi al-Fala
- Ittihaf al-Khallan Taudhih Tuhfat al-Bayan fi ‘Ilm al-Bayan
- Al-Qaul al-Jamil bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim bin Aqil
- Risalah fi ‘Ilm al-Manthiq
- Al-‘Ujalah fi al-Hadits al-Mutsaltsal
- Tanwir al-Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Syahirah (terbit tahun 1403 H/1983 M)
- Al-Isyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
- Ar-Risalah al-Bayaniyyah ‘ala Thariqat as-Sual wa al-Jawab
- Al-Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab’ah
- Asma al-Ghayah fi Asanid asy-Syaikh Ibrahim al-Hazazmi fi al-Qiraah
- Ithaf al-Mustafid bi an-Nur al-Asanid
- Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-‘Asyrah (terbit tahun 1403 H/1983 M
- Al-‘Iqd al-Fard min Jawahir al-Asanid
- Ad-Durr al-Farid min Durar al-Asanid
- Al-Waraqat fi Majmu’ah al-Musalsalat wa al-Awail wa Asanid al-‘Aliyyah (terbit tahun 1406H/1986M)
- Ithaf Uli al-Himam al-‘Aliyyah bi al-Kalam ‘ala al-Hadits al-Musalsal al-Awwaliyyah
- Ikhthiyar wa Ikhtishar Riyadh Ahli Jannah min Atsar Ahli as-Sunnah li ‘Abdul Baqi’ al-Ba’li al-Hanbali
- Al-Arba’un Haditsan Mutsaltsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthi
- Qurrat al-‘Ain fi Asanid A’lam al-Haramain
- Al-Arba’un al-Buldaniyyah Arba’un Haditsan ‘an Arba’in ‘an Arba’in (terbit tahun 1407 H/1987 M)
- Al-Arba’un Haditsan min Arba’in Kitan ‘an Arba’in ‘an Arba’in Syaikhan (terbit tahun 1429 H/2008 M)
- Al-Muqtathaf min Ithaf al-Kabir bi Makkiy
- Ailsilah al-Wushlah Majmu’ah Mukhatarah min al-Hadits al-Mustalsal
- Fath ar-Rabb al-Majid fi Ma li Asyyakhi min Faraid al-Ijazah wa al-Asanid
- Nihayat al-Mathlab fi ‘Ulum al-Isnad wa al-Adab
- Faidh ar-Rahmani bi Ijazat Samahah al-‘Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-‘Utsmani (terbit tahun 1406 H/1986 M)
- As-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah al-Muarrikh as-Sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah
- Ta’liqat ‘ala Kifayat al-Mustafiq li asy-Syaikh Mahfudz at-Turmusi
- Al-‘Ujalah al-Makkiyyah
- Al-Waraqat ‘ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba’in Haditsan min al-Hadits Sayyid al-Mursalin ; dan
- Ad-Durar an-Nadzir wa ar-Raudh an-Nadzir fi Majmu’ al-Ijazah bi Tsabat al-Amir
- Faidh ar-Rahman fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan
- Ittihaf ath-Thalib as-Sirri bi al-Asanid ila al-Wajih al-Kuzbari
- Al-Asanid al-Faqih Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki (terbit tahun 1429H/2008M)
- Tahqiq al-Jami’ al-Hawi fi Marmiyat asy-Syarqawi
- Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Majma’ al-Wujdan (terbit tahun 1406H/1986M)
- Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan
- Ittihaf as-Samir bi Auham Ma fi Tsabat al-Amir
- Faidh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin
- Ittihaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-Wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan
- Ijazah asy-Syaikh Aiman Suwaid
- Ijazah as-Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Maliki
- Faidh al-Ilah al-‘Ali fi Asanid ‘Abdil Baqi al-Ba’li al-Hanbali
- Al-Irsyad as-Sawiyyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
- Al-Waslu ar-Rati fi Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
- Al-Awail as-Sunbuliyah wa Dhailuha (terbit tahun 1427 H/2006 M)
- Ta’liqat ‘ala al-Awail as-Sunbuliyyah
- Bughyat al-Muris fi ‘Ilm al-Asanid
- Al-Maslak al-Jaliy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Muhammad ‘Aliy (terbit tahun 1408 H/1988 M)
- Ta’liqat ‘ala Tsabat al-Kazbari al-Hafidz
- Ta’liqat ‘ala Tsabat asy-Syibrazi
- Ad-Durr an-Natsir fi Ittishal bi Tsabat al-Amir
- Ta’liqat ‘ala Tsabat asy-Syanwani
- Ta’liqat ‘ala Husn al-Wafa li Ikhwan ash-Shafa
- Tsabat al-Kazbari (terbit tahun 1403 H/1983 M)
- Ta’liqat ‘ala al-Awail al-‘Ajluniyyah
- Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-‘Adi wa ar-Raih bi Ijazah al-Ustadz Muhammad Riyadh al-Malih
- Al-‘Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid
- Al-‘Ujlah fi Ahadits al-Musalsalah (terbit tahun 1405 H/1985 M)
- Faidh al-Bari bi Ijazah al-Wajih as-Sayyid ‘Abdurrahman al-Anbari
- Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-Ghadi wa ar-Raih (terbit tahun 1426H/2005M)
- Faidh al-Mabdi bi Ijazah asy-Syaikh Muhammad ‘Audh az-Zabidi (terbit tahun 1429 H/2008 M)
- Al-Kawakib ad-Darari fi Ijazah Mahmud bin Sa’id al-Qahiri
- Uqud al-Lujain fi Ijazah Syaikh Ismail Zain
- Al-Muqtathif min Ittihaf al-Akabir bi Asanid al-Mufti Abdul Qadir
- Al-Mawahib al-Jazilah wa al-‘Uqud al-Jamilah fi Ijazah al-‘Allamah al-Bahhatsah al-Musyarik asy-Syaikh Abi Yahya Zakaria bin Abdullah Bila
- Masyjarah bi Asanid al-Fiqh asy-Syafi’i
- An-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyyah (terbit tahun 1409H/1989M)
- Al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah
- An-Nafhat al-Hasaniyyah (terbit tahun 1396 H/1976 M)
- Al-Washl ar-Ratibi fi Tarjamah wa Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
- Al-Wafi bi Dzail Tadzkar al-Masafi bi Ijazah Syaikh Abdullah al-Jarafi (terbit tahun 1429 H/2008 M)
- Nahj as-Salamah fi Ijazah ash-Shafi Ahmad Salamah
- dan masih banyak lagi lainnya
Wafatnya Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani
Syaikh Yasin bersama ulama |
Setelah mendarmabaktikan hidupnya untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu
yang bermanfaat bagi lentera yang menerangi qalbu umat islam dunia,
Syaikh Yasin pun akhirnya harus menutup usianya di dunia fana ini.
Beliau wafat pada hari Jumat, Subuh, pada tanggal 27 Dzulhijjah tahun
1410 hijriyah yang bertepatan dengan 20 juli tahun 1990 masehi dalam
usia 75 tahun. Jenazah beliau dimakamkan setelah shalat jumat di
pemakaman Ma'la. Dengan kebesaran Allah, selama proses pemakaman beliau,
liang lahat yang hanya sederhana ternyata tidak terlihat sebagai liang
lahat yang sempit dan lembab, akan tetapi terlihat sebagai lapangan luas
membentang dengan bau yang semerbak harum mewangi. Beliau wafat dengan
meninggalkan seorang istri dan empat orang putra, masing-masing bernama
Muhammad Nur Arafah, Fahd, Ridha dan Nizar.
Syaikh Yasin beserta para ulama |
Syaikh Yasin Al-Fadani |
Syaikh Yasin, Muhadits Terbesar di Masanya |
Syaikh Yasin bersama para ulama Darul Ulum |
Syaikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani, Seorang Ulama Dunia Berdarah Minang |
0 komentar:
Posting Komentar