Rabu, 07 Desember 2016

Menjawab Pertanyaan di Alam Kubur

makam


الْحَمْدُ لِلَّهِ  الْحَمْدُ لِلَّهِ الذي هدانا سبل السلام، وافهمنا بشريعة النبي الكريم، اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له، ذو الجلال والاكرام، واشهد ان سيدنا ونبينا محمدا عبده و رسوله، اللهم صل و سلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه والتابعين باحسان الى يوم الدين، اما بعد: فيايها الاخوان، اوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يايها الذين امنوا اتقواالله وقولوا قولا سديدا، يصلح لكم  اعمالكم ويغفرلكم ذنوبكم، ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما. وقال تعالى: يايهاالذين امنوا اتقواالله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون، صدق الله العظيم.


Rasulullah SAW bersabda bahwa ketika seseorang telah dibaringkan di dalam kubur dan para pengantar telah meninggalkannya, maka dua malaikat, yakni Munkar dan Nakir, segera mendatangi dan menanyakan tentang tiga hal pokok, yakni: siapa tuhannya, apa agamanya dan siapa nabinya. Hadits tersebut sebagaimana diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib:

فَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ شَدِيدَا الاِنْتِهَارِ فَيَنْتهِرَانِهِ وَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ مَا دِينُكَ؟ مَنْ نَبِيُّكَ؟

فيأتيه ملكان شديدا الانتهار فينتهرانه، ويجلسانه، فيقولان له: من ربك؟ ما دينك؟ من نبيك؟

Dalam beberapa riwayat dikatakan ketiga pertanyaan pokok tersebut diikuti dengan tiga pertanyaan berikutnya sehingga berjumlah enam pertanyaan sebagai berikut:

1. Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?
2. Ma dinuka? Apa agamamu?
3. Man nabiyyuka? Siapa Nabimu?
4. Ma kitabuka? Apa kitabmu?
5. Aina qiblatuka? Di mana kiblatmu?
6. Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?


Keenam pertanyaan di atas tampak sepele untuk dijawab. Namun, sebenarnya tidak demikian sebab semua bergantung pada amal masing-masing semasa hidupnya. Ketika seseorang sudah dibaringkan di dalam kubur, ia sendirian tanpa seorang pun menemani; sementara malaikat menyapa dengan garang sambil menarik orang itu agar berposisi duduk. Kedua malaikat kemudian mengajukan keenam pertanyaan sebagaimana di atas. Mereka yang senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, terlebih yang suka shalat berjamaah di masjid, sesungguhnya mereka telah memegang kunci sukses menjawab keenam pertanyaan itu.

Kalau kita camkan definsi shalat, yakni serangkaian kegiatan ibadah tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, maka kita dapati kata pertama yang wajib kita ucapkan dalam shalat adalah الله, yakni dalam takbiratul ihram: الله اكبر. Jika dalam sehari semalam kita melakukan shalat fardhu lima waktu, maka kita akan menyebut الله dalam takbiratul ihram sebanyak lima kali. Jika takibiratul ihram ditambah dengan takbir-takbir yang lain seperti takbir sebelum ruku’, sebelum sujud, dan sebagainya, maka dalam sehari semalam kita menyebut الله sebanyak 68 kali. Itu belum termasuk yang kita sebut dalam shalat-shalat sunnah. Singkatnya orang yang taat menjalankan perintah shalat akan sangat terbiasa mengucapkan الله.

Kaitannya dengan pertanyaan pertama di atas, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, kemudian di dalam kubur ditanya: من ربك (siapa Tuhanmu) maka dengan mudah ia dapat menjawab: الله ربي (Allah Tuhanku) karena ia terbiasa menyebut الله setidaknya 68 kali dalam sehari semalam. Bayangkan mereka yang malas shalat, apalagi tak pernah shalat sama sekali. Tentu mereka akan mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini.

Terhadap pertanyaan kedua, yakni ما دينك (apa agamamu) seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, ketika di dalam kuburnya ditanya: ما دينك - apa agamamu –  maka dengan mudah ia dapat menjawab:الاسلام ديني (Islam agamaku) karena dalam konteks sekarang hanya Islam satu-satunya agama yang memerintahkan melaksanakan shalat.

Agama-agama sebelumnya pada zamannya juga memerintahkan umatnya melaksanakan shalat bahkan dengan jumlah rakaat yang lebih banyak dari pada Islam. Agama-agama itu hingga sekarang masih ada, namun inti ajarannya tidak lagi menekankan iman tauhid dengan hanya menyembah Allah SWT sebagaimana Islam. Maka bisa dimengerti agama-agama itu tidak lagi menyerukan umatnya melakukan shalat. Shalat telah identik dengan Islam karena sekali lagi dalam konteks sekarang Islam satu-satunya agama yang memerintahkan shalat.


Terhadap pertanyaan ketiga, yakni من نبيك (siapa Nabimu) seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dengan lancar dapat menjawab pertanyaan itu karena di dalam shalat lima waktu setidaknya kita menyebut nama محمد sebanyak 10 kali dalam sehari semalam, yakni dalam bacaan tahiyat atau tasyahud akhir yang berbunyi:

أشهد أن لا اله الا الله وأشهد ان محمدا رسول الله

dan dalam bacaan shalawat 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Jumlah itu belum termasuk yang dibaca dalam tasyahud awal dan bacaan shalawat dalam rakaat kedua dalam shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ yang jumlahnya 15 sehingga seluruhnya berjumlah 25. Oleh karena itu, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksnakan shalat akan dengan mudah menjawab pertanyaan: من نبيك (siapa nabimu), yakni dengan jawaban: محمد نبي (nabiku Muhammad SAW) karena setiap hari selalu menyebut nama محمد.

Terhadap pertanyaan keempat, yakni ما كتابك - Apa kitabmu, seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: القران كتابي – Kitabku Al-Qur’an, karena di dalam shalat terdapat rukun yang mengharuskan orang shalat membaca surah pertama dalam Al-Qur’an yakni Surah Al-Fatihah. Seseorang yang melakukan shalat tanpa membaca surah ini dalam setiap rakaat, shalatnya tidak sah, kecuali bagi makmum masbuq yang di rakaat pertama tak selesai membacanya karena waktu tak mencukupi.

Selain surah Al-Fatihah, orang shalat juga membaca surah-surah lainnya di dalam Al-Qur’an yang dibaca sebagai bacaan sunnah. Surah-surah yang hukumnya sunnah ini dibaca setelah surah Al-Fatihah. Dengan dibacanya surah-surah dalam Al-Qur’an dalam shalat, maka dalam sehari semalam setidaknya orang membaca surah-surah Al-Qur’an sebanyak 27 kali. Dengan kata lain untuk menyebut القران sebagai sebagai kitab suci tidak sulit bagi mereka yang senantiasa melaksanakan shalat.


Terhadap pertanyaan kelima, yakni اين قبلتك (di mana kiblatmu) seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: الكعبة قبلتي (Ka’bah kiblatku) karena orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, akan menghadap ke arah Ka’bah sebanyak 5 kali sehari. Jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah, tentu frekuensinya lebih tinggi lagi.

Kebiasan setiap hari menghadap kiblat berupa Ka’bah ini tentu akan memudahkan menjawab pertanyaan kelima di atas. Apalagi di dalam niat shalat terdapat kata “kiblat” yang maksudnya adalah Ka’bah. Niat itu misalnya:

أصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

“Aku berniat melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat dengan menghadap Kiblat karena Allah SWT.

Dalam bacaan niat di atas secara eksplisit terdapat kata اْلقِبْلَةِ. Kata-kata kiblat ini tentu akan selalu mengingatkan Ka’bah di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Orang Islam yang taat kepada Allah senantiasa akan menghadap ke arah Ka’bah sedikitnya 5 kali dalam sehari. Artinya bagi orang yang senantiasa melaksanakn shalat untuk menyebut nama Ka’bah tidak sulit.

Terhadap pertanyaan keenam, yakni من إخوانك (siapa saudara-saudaramu), seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat dengan berjamaah di masjid, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang tepat, yakni المسلمون والمسلمات إخواني (kaum muslimin dan muslimat saudara-saudaraku).

Jawaban dari pertanyaan keenam ini memang memiliki keterkaitan langsung dengan masjid karena tempat suci ini merupakan tempat berkumpulnya kaum muslimin dan muslimat untuk melaksanakan jamaah shalat. Seseorang yang membiasakan diri dengan shalat berjamaah di masjid, tentu akan ingat saudara-saudara seiman yang berjamaah shalat bersamanya walaupun mungkin tidak tahu nama mereka satu per satu. Tidak mungkin atau sangat kecil kemungkinannya orang-orang non-muslim melakukan shalat, apalagi di masjid.

Dari uraian di atas dapat kita lihat dengan jelas ada hubungan erat antara shalat, masjid dan kelancaran menjawab 6 pertanyaan di dalam kubur yang meliputi: siapa tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, apa kitabmu, dimana kiblatmu, dan siapa saudara-saudaramu. Orang-orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, apalagi dengan berjamaah di masjid, sudah pasti tidak akan mengalami kesulitan menjawab semua pertanyaan tersebut.

Kesuksesan menjawab semua pertanyaan itu menjadi penentu kesuksesan-kesuksesan berikutnya apakah seseorang akan masuk ke surga atau ke neraka. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senatiasa sukses dalam menghadapi semua pertanyaan di alam kubur. Amin ya rabbal alamin.

0 komentar:

Posting Komentar