Jumat, 29 April 2016

KH Ali Mustafa Yaqub, Mantan Imam Besar yang Lahirkan Banyak Karya



Mantan Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Yaqub telah meninggal dunia pada Kamis (28/4/2016) pagi. Pria kelahiran Batang 64 tahun silam itu meninggal di Rumah Sakit Hermina, Ciputat, Tangerang Selatan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Sindonews, Imam adalah lulusan Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Saudi Arabia, sampai tamat dengan mendapatkan ijazah pada tahun 1980.

Dia merupakan mantan Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia Riyad. Hingga akhir hayatnya dia menjabat Sekretaris Jenderal  Pimpinan Pusat Ittihadul Muaballighin.

Semasa hidupnya Mustafa Yaqub telah melahirkan banyak buku, antara lain Memahami Hakikat Hukum Islam (Alih Bahasa dari Prof Dr Muh. Abdul Fattah al-Bayanuni, 1986), Nasihat Nabi kepada Para Pembaca dan Penghafal al-Quran (1990), Imam al-Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadits (1991).

Hadits Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya (Alih Bahasa dari Prof Dr Muhammad Mustafa Azami, 1994), Kritik Hadits (1995), Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat (Alih Bahasa dari Muhammad Jamil Zainu, Saudi Arabia, 1418 H), Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (1997), Peran Ilmu Hadits dalam Pembinaan Hukum Islam (1999).

Kemudian, Kerukunan Umat dalam Perspektif al-Quran dan Hadits (2000), Islam Masa Kini (2001), Kemusyrikan Menurut Madzhab Syafi’I (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Abdurrahman al-Khumayis, 2001).

Aqidah Imam Empat Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad (Alih Bahasa dari Prof. Dr. Abdurrahman al-Khumayis, 2001), Fatwa-fatwa Kontemporer (2002), MM Azami Pembela Eksistensi Hadits (2002), Pengajian Ramadhan Kiai Duladi (2003).

Hadits-hadits Bermasalah
(2003), Hadits-hadits Palsu Seputar Ramadhan (2003), Nikah Beda Agama dalam Perspektif al-Quran dan Hadits (2005), Imam Perempuan (2006), Haji Pengabdi Setan (2006), Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal (2007), Ada Bawal Kok Pilih Tiram (2008).

Toleransi Antar Umat Beragama (Bahasa Arab–Indonesia 2008), Islam di Amerika; Catatan Safari Ramadhan 1429 H Imam Besar Masjid Istiqlal (Bahasa Inggris–Indonesia 2009), Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Menurut al-Quran dan Hadits (2009).

Mewaspadai Provokator Haji (2009), Islam Between War and Peace (Pustaka Darus-Sunnah 2009), 25 Menit Bersama Obama (Masjid Istiqlal Jakarta 2010), Kiblat Menurut al-Quran dan Hadits, Kritik Atas Fatwa MUI No.5/2010 (2011), Ramadhan Bersama Ali Mustafa Yaqub (2011)

Selasa, 26 April 2016

Kisah Toleransi KH Idham Chalid dan Buya Hamka Dalam Qunut Subuh

Ada sebuah kisah yang patut kita teladani sebagai umat Islam dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul Ulama, KH Idham Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang ketika itu sedang melakukan Sholat Subuh berjama’ah di kapal laut ketika perjalanan ke tanah suci.
Di Indonesia, ada banyak organisasi yang berasaskan Islam yang dapat ditemukan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dan lain sebagainya. Diantara organisasi itu, NU dan Muhammadiyah, adalah salah satu organisasi Islam terbesar yang banyak penganutnya di Indonesia. Perlu diketahui bahwa kedua organisasi ini sering disalah artikan sebagai suatu aliran dalam Islam seperti halnya aliran Mu’tazilah, Qadariyah, Jahmiyah, dan lain-lain. Padahal, keduanya hanyalah sebagai organisasi massa (ormas) yang lebih tepatnya disebut sebagai organisasi Islam.
Dan yang paling penting adalah tidak ada satu pun prinsip di dalam organisasi Islam tersebut yang bertentangan atau menyimpang dari ushuludin atau pokok-pokok ajaran agama Islam. Kesemuanya secara umum disatukan dalam satu ikatan aqidah yang dianut jumhur kaum muslimim sepanjang zaman, yang lazim dikenal Ahlusunnah wal Jama’ah. Kalau pun terdapat perbedaan pendapat yang terjadi, atau mengatasnamakan ormas-ormas tersebut, itu hanyalah masalah furu’iyyah atau hal ini bukanlah berarti mereka bisa dicap beda pemahaman.
Perbedaan yang ada, seperti dalam masalah furu’iyyah (cabang agama), metode dakwah, cakupan, dan sebagainya justru akan membuat ormas-ormas tersebut akan saling menguatkan dan menopang dakwah. Menjadi sarana berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana yang telah diperintahkan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 148. Hanya saja, memang tidak bisa dipungkiri, adanya sebagian oknum yang picik pandangan, saling sikut dengan sesama saudaranya, bahkan saling hujat, hanya karena berbeda organisasi dan bendera dakwah. Orang-orang seperti ini harus segera disadarkan. Karena sadar atau tidak sadar dia telah melakukan kemungkaran besar, yang bukan saja akan berimbas pada dirinya, tetapi mudharatnya bisa menimpa jama’ah kaum muslimin pada umumnya.
Betapa indahnya hidup ini jika kita bisa mempererat tali ukhuwah diantara kita sehingga perbedaan yang terjadi tak akan mampu mempecah belah persaudaraan kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Hujurat ayat 10 yang menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Dan Rasulullah SAW pun menambahkan bahwa orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Di hadits lain pun disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda barangsiapa yang hendak merasakan manisnya iman, hendaklah ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Sungguh indah persaudaraan Islam ini.
Ada sebuah kisah yang patut kita teladani sebagai umat Islam dalam menjaga ukhuwah. Kisah yang terjadi antara pemimpin Nahdlatul Ulama, KH Idham Cholid, dan pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang ketika itu sedang melakukkan perjalanan ke tanah suci. Saat sedang dalam perjalanan menuju tanah suci di dalam sebuah kapal laut, waktu melakukan sholat subuh berjamaah, para pengikut Nadhlatul Ulama heran saat KH Idham Cholid yang mempunyai kebiasaan menggunakan doa qunut dalam kesehariannya, malah tidak memakai doa qunut tatkala Buya hamka dan sebagian pengikut Muhammadiyah menjadi makmumnya.
Demikian pula sebaliknya, tatkala Buya Hamka mengimami shalat subuh, para pengikut Muhammadiyah merasa heran ketika Buya Hamka membaca doa qunut karena KH Idham Cholid dan sebagian pengikut NU menjadi makmumnya.
KH Idham Cholid adalah tokoh pemimpin NU yang mempunyai kebiasaan membaca doa qunut dalam shalat shubuh. Namun, saat ditunjuk menjadi imam shalat subuh, beliau tidak membacanya demi menghormati sahabatnya Buya Hamka dan para pengikutnya. Padahal, dalam tradisi NU membaca doa qunut dalam shalat subuh adalah sunah muakkad. Sungguh ini adalah tindakan yang begitu arif dan bijak. Begitu pun sifat kearifan ditunjukan oleh pemimpin Muhammadiyah, Buya Hamka, yang kesehariannya tidak membaca doa qunut justru membaca doa qunut saat mengimami shalat subuh dengan alasan yang sama. Mereka malah berpelukan mesra setelah shalat, saling menghormati, dan saling berkasih sayang.
Inilah para pemimpin yang sebenarnya yang begitu dalam dan luas keilmuan dan wawasannya. Meskipun terdapat perbedaan pendapat tetapi tetap bersatu dalam persaudaraan. Mereka lebih mengedapankan ukhuwah Islamiyyah ketimbang masalah khilafiah yang tidak akan ada ujungnya. Mereka tidak mengenal istilah saling mencela, mengejek, atau saling menuduh sesama muslim yang berbeda pandangan yang justru akan menimbulkan suatu fitnah.
Namun, sayangnya banyak dari orang-orang yang mengaku menjadi pengikut pemimpin mereka malah tidak bisa mencontoh sifat kebesaran jiwa yang ditunjukan para pemimpinnya. Banyak diantara mereka saling meributkan, menyibukan diri dengan mencari-cari perbedaan, dan menyalahkan satu sama lain yang berbeda pendapat dan tidak jarang saling mengejek dan menghina bahkan sampai menyesatkan sesama muslim yang berseberangan dengannya. Mereka tidak sadar bahwa tindakan yang dilakukannya hanya memecah belah umat dan sungguh ini adalah perbuatan yang lebih hina di mata Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ini adalah fakta dan memang benar adanya. Contoh yang paling nyata adalah menjamurnya tulisan-tulisan di berbagai media khususnya media online seperti blog atau website yang memaparkan pendapat-pendapat yang dianggap paling benar sendiri dan menyalahkan orang lain sesama muslim yang berbeda pendapat dengannya. Apa yang mereka utarakan sebenarnya hanyalah foto copy alias copy paste dan taqlid dari orang lain, bukan lahir dari keluasan ilmu, kefaqihan dan kealiman, apalagi dari kerendahan hatinya. Tapi sayangnya, sikap dan perilaku mereka, seolah mufti tertinggi. Tidak seperti para Imam Ahlus Sunnah yang sangat bijak dalam menyikapi khilafiyah khususnya dalam keragaman amal syariat.
Kenyataan ini memang sangat berbeda dengan sebagian manusia yang sangat ingin mengikuti mereka para imam Ahlus Sunah, tetapi tidak mampu meneladani akhlak para imamnya. Mencela dan mensesat-sesatkan sesama muslim menjadi pekerjaan tetap sebagian orang tersebut, cuma karena perbedaan furu’. Lucunya lagi adalah mereka yang mencela dan mensesat-sesatkan bukan ulama, hanyalah thalibul ilmi (penuntut ilmu) yang baru duduk di satu majelis –tanpa mau bermajelis dengan yang lain- tetapi sayangnya berperilaku seakan ulama besar dan ahli fatwa. Sungguh, mereka baru di tepian pantai, tapi sayangnya berperilaku bagai penjelajah lautan. Mereka baru dipermukaan, tapi sayangnya bertingkah bagai penyelam ulung. Nasihat bagi mereka selalu ditolak, kecuali hanya dari kelompoknya saja. Sungguh, sebenarnya mereka sangat layak dikasihani. Mereka tidak tahu bahwa kesalahan ijtihad tetap dihargai satu pahala oleh syariat, tetapi justru mereka menghargainya dengan tuduhan ‘sesat’, dan ‘bid’ah.’ Mereka menampilkan Islam dengan wajah yang keras, padahal itu adalah pengaruh dari kepribadian mereka sendiri, bukan Islam.
Cobalah saudaraku, berpikiran jernih dan dewasa, elegan dan bijak, dalam menghadapi khilafiyah fiqhiyah. Contohlah sikap para imam yang anda pegang, betapa kebesaran hati mereka mampu menjaga ukhuwah yang terjalin. Sikap seperti inilah yang seharusnya kita terapkan dalam menyikapi perbedaan diantara sesama kita sebagai umat Islam. Para imam adalah pemandu kita, kalau bukan mengikuti mereka, siapa lagi yang kita ikuti. Emosi dan hawa nafsu serta syetan laknatulloh?
Wallahu a’lam bishshawab
sumber: kisahislami.com

Mengenal Qiro'ah Sab'ah dan Sejarahnya

Mengenal Qiro'ah Sab'ah dan Sejarahnya
Qiro'ah Sab'ah atau tujuh bacaan adalah macam-macam cara membaca Al Qur'an yang berbeda. disebut tujuh bacaan adalah karena ada tujuh imam Qiro'ah yang masyhur (terkenal) dan masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri.

Pada tujuh imam Qiro'ah tersebut masing-masing memiliki 2 orang murid yang bertindak sebagai perawi. tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Al Quran. adapun perbedaan cara membaca tersebut, tidaklah semata-mata karena dibuat-buat baik oleh imam maupun perawinya. cara membaca tersebut merupakan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dan memang seperti itulah Al Quran diturunkan.
Dari Umar bin khatthab, ia berkata, “ Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqon di masa hidup Rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba ia membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan. maka aku menunggunya sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya, " siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu ? " ia menjawab, " Rasulullah yang membacakannya kepadaku ". lalu aku katakan kepadanya, " kamu dusta ! Demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu ". kemudian aku bawa dia menghadap Rasulullah, dan aku ceritakan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat Al-Furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqon kepadaku. maka Rasulullah berkata, " lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat tadi wahai Hisyam ! " Hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. maka kata Rasulullah, " begitulah surat itu diturunkan " ia berkata lagi, " bacalah, wahai umar ! " lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah kepadaku. maka kata Rasulullah, " begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al  Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu ”. [ HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir ]
Adapun mengenai makna dari " tujuh huruf " tersebut ada dua pendapat yang kuat. pertama adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab mengenai satu makna : Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.
Diumpamakan kalau dulu menggunakan ejaan yang lama bahasa Indonesia " Doeloe " dengan ejaan yang telah disempurnakan menjadi " Dulu " lafadz berbeda dengan bunyi yang sama. maka Tulisan " Doeloe " dirubah menjadi " Dulu " tulisannya berubah tapi bacaannya sama. Padahal Bahasa Indonesia adalah Bahasa Pemersatu Bangsa.

Hikmah diturunkannya Al Qur’an dengan tujuh huruf antara lain :
  1. Memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa ummi.
  2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi kebahasaan orang arab dan Kemukjizatan dalam aspek makna dan hukum ( ketujuh huruf tersebut memberikan deskripsi hukum yang dikandung Al Qur’an dengan lebih komprehensif dan universal).
Qiro`ah Sab`ah adalah Qiro`ah Utsmani. 
Pendapat yang paling masyhur mengenai penafsiran " Tujuh Huruf " adalah pendapat Ar-Razi yang dikuatkan oleh Az-Zarkani dan didukung oleh jumhur ulama.
Berikut adalah Tujuh Imam yang sudah tidak diragukan lagi kemasyhurannya :
Mengenal Qiro'ah Sab'ah dan Sejarahnya
  • Ibnu ‘Amir
Nama lengkapnya adalah Abdullah al-Yahshshuby. Beliau seorang Qadhi ( hakim ) di Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Pannggilannya adalah Abu Imran. beliau adalah seorang tabi’in. belajar qira’ah dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H.
Perawi Ibnu 'Amir : Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
  • Ibnu Katsir
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky. beliau adalah imam dalam hal qira’ah di Makkah, beliau adalah seorang tabi’in yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah ibnu Jubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik. beliau wafat di Makkah pada tahun 120 H.
Perawi Ibnu Katsir : al-Bazy ( wafat pada tahun 250 H ) dan Qunbul ( wafat pada tahun 291 H.
  • ‘Ashim al-Kufy
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga dengan Ibnu Bahdalah. Panggilannya adalah Abu Bakar. beliau adalah seorang tabi’in yang wafat pada sekitar tahun 127-128 H di Kufah.
Perawi ‘Ashim al-Kufy : Syu’bah ( wafat pada tahun 193 H ) dan Hafsah ( wafat pada tahun 180 H )
  • Abu Amr
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry seorang guru besar
pada rawi. Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya. menurut sebagian orang nama Abu Amr itu
nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H.
Perawi Abu Amr : ad-Dury ( wafat pada tahun 246 H ) dan as-Susy ( wafat pada tahun 261 H )
  • Hamzah al-Kufy
Nama lengkapnya adalah Hamzah Ibnu Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang
bekas hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy. dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh. wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 156 H.
Perawi Hamzah al-Kufy : Khalaf  ( wafat tahun 229 H ) dan Khallad ( wafat tahun 220 H )
  • Imam Nafi
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im al-Laitsy. asalnya dari Isfahan. Dengan kemangkatan Nafi’ berakhirlah kepemimpinan para qari di Madinah al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun 169 H.
Perawi Imam Nafi' : Qalun ( wafat pada tahun 12 H ) dan Warasy ( wafat pada tahun 197 H )
  • Al-Kisaiy
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Hamzah. seorang imam nahwu golongan Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan. menurut sebagiam orang disebut dengan nama Kisaiy karena memakai kisa pada waktu ihram. Beliau wafat di Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy ketika ia dalam perjalanan ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H.
Perawi Al-Kisaiy : Abul Harits ( wafat pada tahun 424 H ) dan ad-Dury ( wafat tahun 246 H )
Adapun Syarat-Syarat Qiraah yang Muktabar untuk menangkal penyelewengan Qiraah yang sudah mulai muncul, para ulama membuat persyaratan-persyaratan bagi qiraat yang dapat diterima. Hal ini untuk membedakan Qiraat yang benar dan yang aneh/asing (Syazzah ). Para ulama membuat tiga syarat.
  1. Qiraat itu sesuai dengan bahasa Arab meskipun menurut satu jalan.
  2. Qiraat itu sesuai dengan salah satu mushaf-mushaf utsmani.
  3. Sahih sanadnya.
Referensi :
Ahmad Syadali dkk.
Ulumul Qur'an
Pustaka Setia 224
Abdul al Rahman bin Kamal Jalal al Din al Suyuti
Al Itqan fi ulum al Qur’an
Ditulis oleh Saem Ali

Sabtu, 23 April 2016

Kisah Uwais Al-Qarni - Pemimpin Para Tabi’in

Masjidil Haram, Mekkah, Saudi Arabia Uwais Al-Qarni adalah seorang sahabat yang yang berasal dari Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Pada zaman Rasulullah ia hidup bersama ibunya sedangkan sang ayah telah meninggal dunia. Dia pernah terkena penyakit kusta kemudian dia berdoa dan penyakitnya sembuh dan tersisa pada kedua telinganya.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji,

“Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.
Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”
Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”
Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya,
“Siapa namamu?”“Uwais,” jawabnya.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’Dia menjawab, “Dari Qarn.”“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Wafatnya Uwais al-Qorni

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah.

Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.

Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Umar bin Khattab)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Sumber: 
Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Bid’ah Hasanah


1.Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak (H.R alBukhari dan Muslim). Dalam riwayat Muslim: Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami, maka tertolak.

2.RASULULLAH SAW bersabda : sebaik2 ucapan adalah kitab ALLAH. Sebaik2 petunjuk adalah petunjuk Muhammad , sejelek2 perkara adalah perkara yg baru dan setiap bid’ah itu kesesatan (HR Muslim 867)

3.RASULULLAH SAW bersabda : Barang siapa yg memulai perbuatan baik dalam islam maka ia akan memperoleh pahalanya, dan pahala orang2 yg melakukannya sesudahnya tanpa di kurang sedikitpun pahala dari mereka dan barang siapa yg memulai perbuatan jelek maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang2 yg melakukan sesudahnya tanpa di kurangi sedikitpun dari dosa mereka (HR Muslim 1017)
Jelas sekali bahwa dalam hadits pertama dan kedua di nyatakan bahwa segala sesuatu yg baru, itu sesat namun di dalam hadits yg ke 3 di pertegas bahwa siapa yg memulai perbuatan baik dalam islam, dia dapat pahala dan pahala orang2 yg mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka, adapun siapa yg memulai perbuatan, yg buruk dalam islam maka dia mendapakan dosa dan dosa orang2 yg mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka,,,,
Maka hadits ke 3 ini adalah penjelasan yg membatasi ma’na hadits kullu bid’ah dholalah (maksud dari hadits ini adalah bid’ah yg buruk dalam islam)
Karena jelas di hadits ke tiga NABI mnyatakan bahwa BARANG SIAPA YG MEMULAI KEBAIKAN MAKA DIA DAPAT PAHALA (NABI GAK MEMBATASI KEBAIKAN INI DI ZAMAN NABI SAJA TP INI UNTUK SETERUSNYA,DAN TIDAK DI BATASI APAKAH IA DI CONTOHKAN ATAUKAH TIDAK DI CONTOHKAN OLEH NABI SAW )
Dari Ibnu Syihaab[1], dari ‘Urwah bin Az-Zubair[2], dari ‘Abdurrahmaan bin ‘Abd Al-Qaariy[3], bahwasannya ia berkata : “Aku pernah keluar bersama ‘Umar bin Al-Khaththaab di bulan Ramadlaan menuju masjid. Ternyata orang-orang shalat terpencar-pencar dalam beberapa kelompok. Ada orang yang shalat sendirian, ada pula orang yang shalat dengan diikuti sekelompok orang. Lalu ‘Umar berkata : “Demi Allah, sesungguhnya aku memandang, seandainya aku kumpulkan mereka di belakang satu imam, niscaya itu lebih utama”. Akhirnya ia pun mengumpulkan mereka di belakang Ubay bin Ka’b. Kemudian aku (‘Abdurrahmaan) keluar bersamanya di malam yang lain dimana orang-orang shalat di belakang satu imam mereka. Lalu ‘Umar berkata : “SEBAIK-BAIK BID'AH ADALAH INI….” [Al-Muwaththa’, 1/476-477 no. 270].
PERHATIKAN UCAPAN UMAR "SEBAIK-BAIK BID'AH ADALAH INI" Ini adalah pernyataan Umar ra Bahwa bidah ada yg baik (bidah Hasanah)
Dan masih banyak hadist-hadist shahih dan riwayat lainnya yg menyatakan bahwa para sahabat Nabi juga berbuat bidah hasanah yg tidak bisa dicantumkan disini
Imam Syafii rahimahullah berkata,
Bidah itu ada dua macam yaitu bidah mahmudah/hasanah (yang terpuji) dan bidah madzmumah/dholalah (yang tercela). Jika suatu amalan bersesuaian dengan tuntunan Rasul, itu termasuk amalan terpuji. Namun jika menyelisihi tuntunan, itu termasuk amalan tercela[2]
komentar Imam Syafi’i:
Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) ada dua macam: Sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, prilakuk sahabat, atau kesepakatan ulama maka termasuk bid’ah yang sesat; adapun sesuatu yang diada-adakan adalah sesuatu yang baik dan tidak menyalahi ketentuan (al Qur’an, Hadits, prilaku sahabat atau Ijma’) maka sesuatu itu tidak tercela (baik). (Fathul Bari, juz XVII: 10)
Kesimpulan : Yang menganggap bidah hasanah itu sesat berarti telah menganggap Rosulullah saw, Umar bin Khattab ra, dan Imam Syafi'i sesat.
Yang merasa lebih berilmu dan lebih alim dari Imam Syafi'i (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali) silahkan membuat mahdzab sendiri gak usah ngaku2 sebagai ASWAJA

Kisah Ketabahan Rasul-rasul Ulul Azmi

Ulul Azmi adalah gelaran yang diberikan kepada para rasul yang memiliki kedudukan tinggi atau istimewa kerana ketabahan dan kesabaran yang luar biasa, dalam menyebarkan agama Islam.  Di antara 25 rasul, terdapat 5 orang rasul yang mendapatkan gelaran Ulul Azmi. Ulul Azmi adalah gelaran yang diberikan kepada rasul Allah yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalahnya.

Mereka memiliki mempunyai keteguhan hati sangat mengagumkan, tabah luar biasa, sabar dan kesabarannya tidak terbatas, meskipun mereka mendapatkan berbagai macam celaan, hinaan, tentangan yang menyakitkan namun mereka tetap teguh, sabar, dan senantiasa bertawakal dalam menyampaikan ajarannya kepada manusia.

5 orang rasul yang memiliki gelaran Ulul Azmi adalah:
1. Nabi Nuh a.s.
2. Nabi Ibrahim a.s.
3. Nabi Musa a.s.
4. Nabi Isa a.s.
5. Nabi Muhammad s.a.w.

Dalil al-Quran tentang Ulul Azmi

Firman Allah S.W.T: Maksudnya:
"(Jika demikian akibat orang-orang kafir yang menentangmu wahai Muhammad) maka bersabarlah engkau sebagaimana sabarnya Rasul-rasul "Ulul Azmi" (yang mempunyai keazaman dan ketabahan hati) dari kalangan Rasul-rasul (yang terdahulu daripadamu); dan janganlah engkau meminta disegerakan azab untuk mereka (yang menentangmu itu). Sesungguhnya keadaan mereka semasa melihat azab yang dijanjikan kepada mereka, merasai seolah-olah mereka tidak tinggal (di dunia) melainkan sekadar satu saat sahaja dari siang hari. (Penerangan yang demikian) cukuplah menjadi pengajaran (bagi orang-orang yang mahu insaf). Maka (ingatlah) tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik (derhaka)." (Surah Al-Ahqaaf : Ayat 35)

Mengenai lima orang rasul yang diutuskan oleh ALLAH setelah dipilih daripada kalangan para nabi yang digelar sebagai rasul Ulul Azmi memang dinyatakan dalam Al-Quran sebagaimana firman ALLAH S.W.T:
"Allah telah menerangkan kepada kamu di antara perkara-perkara agama yang Ia tetapkan hukumnya apa yang telah diperintahkanNya kepada Nabi Nuh a.s. dan yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad s.a.w.) dan juga yang telah Kami perintahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s. serta Nabi Isa a.s., iaitu: Tegakkanlah pendirian agama dan janganlah kamu berpecah belah atau berselisihan pada dasarnya. Berat bagi orang-orang musyrik (untuk menerima agama tauhid) yang engkau seru mereka kepadanya. Allah memilih serta melorongkan sesiapa yang dikehendakiNya untuk menerima agama tauhid itu dan memberi hidayat petunjuk kepada agamaNya itu sesiapa yang rujuk kembali kepadaNya (dengan taat)." (Surah Asy-Syuraa: Ayat 13)

Sebab diberi gelaran Ulul Azmi:

1. Mendapat pengiktirafan Allah s.w.t.
2. Memiliki kesabaran yang tinggi semasa berdakwah
3. Sentiasa memohon kepada Allah s.w.t. supaya kaum mereka tidak diturunkan azab
4. Sentiasa berdoa kepada Allah s.w.t. supaya memberi hidayah kepada kaum mereka
5. Memiliki keazaman yang tinggi semasa berdakwah

1- Nabi Muhammad s.a.w

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 610M. Baginda ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak. Rasulullah s.a.w namanya disebutkan 5 kali di dalam Al-Quran.

Beliau mendapat julukan ulul ’azmi kerana sejak kecil sampai dewasa, Rasulallah saw selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban bapa saudara (paman) yang merawatnya sejak kecil. Tentangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, bapa saudaranya (pamannya) sendiri. Rasulullah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikeranakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi baginda dari mulai lahir sampai beliau wafat.

2- Nabi Ibrahim a.s

Nabi Ibrahim bin Azar bin Nahur dari keturunan Sam bin Nuh. Beliau diperkirakan hidup tahun 1997-1822 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 1900 SM. Beliau tinggal di Iraq. Beliau wafat di Al-Khalil, Hebron, Palestin. Nama beliau disebutkan sebanyak 69 kali dalam Al-Quran.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi kerana kesabarannya yang tinggi. Dari mulai bayi Nabi Ibrahim sudah diasingkan ke dalam gua disebabkan kerana perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, iaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikurniai anak hingga isterinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan isteri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas isteri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Kerana kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, iaitu harus mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya dengan seekor domba (kambing kibas). Selain itu ujian nabi Ibrahim a.s yang lain adalah membangun Kaa’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

3-  Nabi Musa a.s

Musa bin Imran dari keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-1408 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Mempunyai 2 orang anak.

Nabi Musa a.s adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an iaitu sebanyak 136 kali. Beliau termasuk Nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi kerana kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan berdakwah kepada Firaun. Selain itu, dia juga Nabi yang sabar dalam memimpin kaumnya yang selalu membangkang. Ketika Musa a.s akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala emas anak sapi (lembu). Harun a.s yang ditugasi mengganti tugas Musa a.s, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Dengan kesabaran nabi Musa yang hebat tapi beliau pernah tidak bersabar ketika berguru kepada Nabi Khidir a.s.

4- Nabi Isa a.s

Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.

Beliau adalah nabi yang mendapat julukan ulul ’azmi kerana banyak memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Nabi Isa as sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan muridnya, menghadapi fitnah, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan nabi Isa as menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.

5- Nabi Nuh a.s

Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nabi Nuh a.s adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi kerana kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan isteri dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan banjir yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.

Senin, 18 April 2016

Ketahui Perbedaan dan Persamaan Nahdlatul Ulama dengan Muhammadiyah

Sebelumnya saya beritahu, tulisan ini bukan untuk memecah umat islam tetapi untuk merukunkan. Banyak juga blog dan website di internet yang membahas perbedaan NU dan MU serta persamaanya, namun ujung-ujungnya mengadu domba. Tulisan ini juga menjadi pelajaran bagi orang-orang agar mengetahui apa bedanya NU (Nahdlatul Ulama) dan MU (Muhammadiyah), sebab faktanya orang yang pernah menjadi santri saja hanya tahu seluk beluk aliranya sendiri apalagi orang awam yang kebanyakan sakit hati kalau melihat orang yang 'beda'.


Tulisan ini juga sangat bermanfaat agar orang-orang tidak salah paham. Misal ada suatu kelompok orang yang terbiasa melakukan A, tetapi ada 1 atau 2 orang yang tidak melakukan A sendiri. Maka ini dapat menimbulkan pelecehan sosial, orang bisa dihina/diapa-apakan cuma karena tidak melakukan A. Dan juga bisa saja terjadi sebaliknya. Padahal mereka punya dasarnya sendiri.
Intinya harus saling menghormati dengan cara membiarkan orang lain melakukan hal yang diyakininya, yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. Berikut perbedaanya menurut yang saya ketahui selama seumur hidup saya dan disertai penjelasanya :
  • NU ada tahlilan | MU tidak ada tahlilan 
Silahkan bagi pengikut NU untuk tahlilan, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. Yang penting tahlilan menggunakan bacaan-bacaan yang mulia dan tidak ada unsur maksiat.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak tahlilan, karena mendoakan orang tua bukan cuma lewat tahlilan. Mendoakan orang tua yang meninggal bisa lewat didoakan setiap setelah sholat wajib atau sunnah atau bahkan setiap saat & sedekah jariyah yang diniati untuk dikirimkan ke mayit atau lainya (misal tahlilan). Dalam masa imam para mazhab pun belum ada tahlilan.
  •  NU menggunakan kata Sayyidina saat memuji/sholawat kepada nabi Muhammad saat tahiyat dalam sholat dan di luar sholat | MU tidak menggunakan kata itu
Silahkan bagi pengikut NU untuk menggunakan kata sayyidina, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. Kata sayyidina merupakan bentuk sanjungan kepada nabi Muhammad. Itu sangat bagus sekali.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak menggunakan kata sayyidina. Yang penting sudah memuji/bersholawat kepada nabi Muhammad. Karena tanpa memberi gelar sayyidina pun sudah syahid. Dan juga untuk menjaga rukun bacaan tahiyat dalam sholat yang memang tidak ada kata sayyidina.
  • NU ada doa qunut saat sholat subuh | MU tidak ada
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan doa qunut, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. Qunut pernah dilakukan oleh Rosul.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak melakukan doa qunut, karena qunut juga bukan rukun sholat. 
Makmum harus mengikuti imam sholat, jadi harus sesuai dengan imamnya walaupun imamnya NU dengan makmum MU atau sebaliknya.
  • NU mengadakan ziarah makam wali 9 | MU tidak melakukannya
Silahkan bagi pengikut NU untuk mengadakan ziarah makam wali 9, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. Ini merupakan bentuk apresiasi yang sangat besar sekali dan sebagai bentuk penghormatan bagi para sunan wali 9.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak ziarah makam wali 9, karena pada dasarnya ziarah makam tidak wajib. Untuk soal siapa saja wali Allah juga yang tahu cuma Allah saja. yang penting didoakan agar diberi balasan surga karena telah mengislamkan jawa itu saja sudah cukup.
Sekedar info, ziarah yang dilakukan oleh para Nahdliyin/warga NU tidak mengandung unsur kemusryikan. Hanya saja ada orang tertentu (bukan NU) yang menyembah kuburan para wali 9.
  • NU membolehkan bertawasul/mendekatkan diri kepada Allah melalui orang meninggal yang dianggap sholeh/wali Allah | MU tidak mengajarkanya
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak mengajarkan/melakukan hal itu, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist.
  • NU membolehkan melaksanakan tradisi Jawa/tradisi setempat asalkan diubah jadi islami | MU menganjurkan/mengajarkan agar menghindar dari semua hal yang musryik, bid'ah, tahayul dan khurafat
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak mengajarkan/melakukan hal itu, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist.
Sekedar info, bahwa hukum menjalankan tradisi berdasarkan adat merupakan hak semua orang. Jadi orang yang mau melaksanakan tradisi ya silahkan saja yang penting islami, kecuali kalau orangnya non-islam ya biarkan apa adanya. Dan bagi orang yang tidak suka ya jangan dipaksa untuk melakukan tradisi.
  • NU mengadakan maulid Nabi | MU tidak mengadakanya
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. Maulid nabi sangat bagus diadakan, apalagi kalau anak-anak kecil diajak untuk memeriahkanya. Karena isi maulid Nabi hanya sholawat/memuji/mendoakan Nabi Muhammad.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lainya untuk tidak mengajarkan/melakukan hal itu, itu hak mereka dan yang penting mereka punya dasarnya di al-Qur'an dan Hadist. 
Sekedar info, cuma MU yang paling toleransi dengan maulid Nabi. Jika aliran lain pasti melarang maulid Nabi mentah-mentah. Tetapi kalau MU, sebenarnya boleh mengadakan maulid Nabi asalkan tidak ada unsur bid'ah/kemusryikanya. Karena ada sebagian orang (bukan orang NU) yang melakukan hal-hal tidak baik saat maulid nabi.
  • NU melakukan pujian/sholawatan setelah adzan sebelum sholat | MU tidak melakukanya
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist. Kita bisa bersholawat setiap saat.
Silahkan bagi pengikut MU dan aliran lain untuk tidak melakukan hal itu, itu tidak diwajibkan di al-Qur'an dan Hadist. MU juga suka memuji/sholawat kepada Nabi Muammad. Namun tidak dikeraskan suaranya apalagi menggunakan mikrophone.
  • NU melakukan wiritan dengan suara keras dan dilakukan secara berjamaah/bersama setelah sholat berjamaah | MU tidak melakukan hal itu
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist. Ini bisa mengakali agar tidak ada orang yang plencing (setelah sholat langsung pergi).
Silahkan bagi pengikut MU dan aliran lain untuk tidak melakukan hal itu, itu tidak diwajibkan di al-Qur'an dan Hadist. Wirit, doa atau dzikir dapat dilakukan setiap saat dan di mana saja. Jangan dianggap orang penganut MU suka plencing, anggapan itu tidak benar.
  • NU membaca wirit yang panjang | MU membaca wirit yang pendek 
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist. Semakin banyak dzikir, insya Allah semakin dekat kepada Allah dan pahalanya banyak.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lain untuk membaca bacaan wirit seadanya sesuai yang diajarkan dalam al-Qur'an dan Hadist.
  • NU langsung bersalaman pas setelah sholat berjamaah | MU bersalaman ketika di luar masjid atau setidaknya tidak pas seusai sholat berjamaah
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lain untuk tidak melakukan hal itu, itu tidak ada perintahnya di al-Qur'an dan Hadist.
Sebaiknya sesuaikan dengan kebiasaan setempat.
  •  NU membawa tongkat dan melakukan adzan dua kali saat sholat Jumat | MU tidak melakukanya
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lain untuk tidak melakukan hal itu, itu tidak ada perintahnya di al-Qur'an dan Hadist.
  • NU memperbolehkan membuat atau memakai jimat | MU tidak membolehkan
Silahkan bagi pengikut NU untuk membolehkan hal itu, yang penting ada batasan-batasanya dan benar-benar bisa mendekatkan diri kepada Allah.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lain untuk melarang hal itu, karena memang sudah dilarang oleh Rosul dalam Hadist yang derajatnya Shahih.
Sekedar info, jimat yang diajarkan berasal dari kitab Ihya' Ulumuddin karangan imam Ghozali. Hanya sedikit pondok pesantren yang mengajarkan membuat/mempelajari jimat.
  • NU memakai warna hijau untuk warna organisasinya | MU memakai warna biru untuk organisasinya 
Warna ini dipakai untuk menampilkan identitas saja. Misal untuk warna gedung sekolah, agar orang tahu kalau sekolah tersebut membawa ormas islam tertentu. Kadang MU memakai warna hijau muda untuk benderanya.
Sekedar info, sangat sedikit sekolah islam yang netral (tidak membawa-bawa ormas). Jika mau sekolah yang netral, maka silahkan. Jka tidak ya silahkan.
  • NU memiliki bacaan sholawat yang banyak | MU hanya bersholawat dengan kalimat yang telah diajarkan Rosul
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist. Bahkan itu bagus, sehingga orang tidak bosan dengan kalimat sholawat itu-itu saja. Bahkan sholawat-sholawat khas NU ada yang bisa dinyanyikan dengan merdu dan enak didengar.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lain untuk membaca sholawat dengan kalimat seadanya yang diajarkan Rosul, ini bagus untuk menjaga diri dari bid'ah (urusan baru dalam urusan agama).
  • NU mengadakan dibaan (sholawat dengan dinyayikan disertai tabuhan alat musik) | MU tidak mengadaknya
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang di al-Qur'an dan Hadist. Bahkan bagus, bisa menjalin silaturahmi karena biasanya dibaan dilakukan di setiap salah salah rumahnya peserta dibaan secara bergantian dan bisa membuat orang bersholawat dengan senang karena bunyinya yang merdu.
Silahkan bagi pengikut MU atau aliran lain untuk tidak melakukan hal itu, ini bagus juga untuk menjaga diri dari bid'ah (urusan baru dalam urusan agama).
  • NU menganjurkan selalu memakai kopyah | MU tidak menganjurkan selalu memakai kopyah
Menutup kepala saat sholat memang sunnah, tetapi bukan wajib. Dan tidak ada larangan untuk memakai kopyah setiap saat. NU bisa saja tidak memakai kopyah dan MU bisa saja mamakai kopyah.
Jadi terserah orang mau pakai kopyah atau tidak saat di dalam sholat atau di luar sholat. Yang penting rambutnya disisir dan diberi minyak rambut agar rapi.
  • NU membolehkan membaca primbon/ramalan jawa yang berhubungan dengan ilmu titen (memperhatikan kejadian yang berulang-ulang pada diri manusia sesuai dengan weton/tanggal lahirnya yang sama) | MU tidak membolehkan
NU memang membolehkan membaca dalam rangka melestarikan budaya setempat, tetapi tetap memberi batasan agar jangan sampai percaya sepenuhnya. Primbon tidak menggunakan bantuan jin, namun masih menggunakan akal dengan cara membandingkan kehidupan manusia yang sama tanggal lahirnya. Jadi insya Allah tidak haram.
MU atau aliran lain tidak membolehkan membaca primbon atau ramalan apapun karena sesuai dengan paham cita-cita Muhammadiyah sendiri yang ingin menciptakan kehidupan islami di Indonesia.
  • NU membaca adzan untuk bayi yang baru lahir, mayit yang hendak dikubur dan sebelum berangkat jauh (misal umroh & haji) | MU tidak melakukan itu
Silahkan bagi pengikut NU untuk melakukan hal itu, itu tidak dilarang. Ada dalam hadist.
Silahkan bagi pengikut MU untuk tidak melakukan hal itu, itu tidak diwajibkan. Bukan hadist Shahih.
  • NU menggunakan metode hilal untuk menentukan bulan syawal | MU menggunakan metode hisab untuk menentukan bulan syawal
NU sudah bagus memilih hilal karena metode ini ajaran Rosul dan mudah diakukan karena hanya dengan cara melihat bulan saja bahkan bisa dilakukan dengan mata telanjang.
MU juga sudah bagus memilih hisab karena metode ini ajaran Rosul. Metode ini mengandalkan akal manusia, sesuai perintah Allah dalam al-Qur'an untuk memerintahkan umat manusia agar menggunakan akalnya. Juga sangat menguntungkan saat keadaan mendung sehingga hilal tidak bisa dilihat.
Keduanya sama-sama ada di hadis Rosul. Hanya saja, masing-masing pihak memiliki alasan kuat untuk memilih metode tersebut. Jadi jangan saling menyalahkan.

  • NU mengikuti mazhab Imam Syafi'i dan cenderung mengikuti hadits-hadits yang derajatnya lemah/dhoif | MU tidak terikat salah satu dari empat mazhab dan cenderung menjauhi hadits-hadits yang derajatnya lemah/dhoif 
NU sudah bagus karena mengikuti salah satu mazhab yang menurut banyak orang, merupakan mazhab yang paling aman. Aman karena Imam Syafi'i punya prinsip menganjurkan menginggalkan sesuatu yang diragukan halal/haramnya suatu perkara. NU mengakui dan mengamalkan hadits-hadits yang derajatnya lemah/dhoif dengan syarat harus ada minimal satu ulama yang mengamalkanya. Hadits palsu tidak diakui. 
MU juga sudah bagus karena tidak terikat/taqlid/fanatik kepada salah satu mazhab. Muhamadiyah mengakui dan menghormati semua mazhab (Syafi'i, Hanbali, Hanafi, Maliki) dengan mengutamakan ijtihad/qiyas untuk menentukan mana saja ajaran seluruh mazhab yang cocok pada masa kini. Karena setiap mazhab berbeda kondisi dan situasi pada masa hidupnya setiap Imam mazhab. MU menjauhi hadits-hadits lemah karena semasa dua abad sepeninggal Nabi Muhammad banyak bermunculan Nabi palsu yang membuat hadits versi mereka sendiri, bermunculnya kata-kata mutiara, banyaknya kalimat-kalimat pepatah Arab yang semakin lama dianggap sebagai hadits Nabi Muhammad dengan alasan bahwa kalimatnya 'bagus didengar' padahal bukan hadits Nabi. Hadits palsu tidak diakui. 
Sampai di sini akan semakin jelas alasan/dasar kenapa NU mengamalkan qunut, tawasul ke makam para ahli kubur yang dianggap sholeh, adzan kepada bayi yang baru lahir, adzan kepada mayit yang hendak dikubur, adzan saat hendak pergi jauh dan lain-lain sedangkan MU tidak. Yaitu karena amalan-amalan tersebut bersumber dari hadits-hadits lemah/dhoif. NU masih mengamalkan, sedangkan MU tidak mengamalkan. Bagi yang belum tahu, lemah/dhoif atau tidaknya suatu hadits ditentukan dengan cara mengetahui para perawinya hadits.
Bagi pembaca yang dari pengikut MU, pasti sebagian ada yang tidak terima dan menuntut dalil dari hadist Nabi & al-Qur'an. Di tulisan ini tidak saya sertakan dalil-dalilnya karena terlalu panjang lebar, membuat orang malas membaca. Jika ingin tahu dalil-dalilnya, maka saya sarankan untuk mencetak tulisan ini dan tanyakan kepada kyai NU yang terkenal bijaksana. Tanyakan setiap apa saja yang dilakukan NU di tulisan ini, pasti ada dalilnya.
Bagi pembaca yang dari pengikut NU, pasti sebagian ada yang tidak terima kenapa MU tidak mengakui hadist-hadist dhoif dan tidak mengikuti syari'at/sunnahnya para ulama, dan hanya mengikuti sunnahnya Nabi saja. Jika ingin tahu alasanya, maka saya sarankan untuk mencetak tulisan ini dan silahkan tanyakan kepada kyai MU yang terkenal bijaksana. Pasti nanti dijelaskan.

Kemudian persamaan antara NU dan MU adalah :
  1. Sama-sama islam.
  2. Sama-sama ahlu sunnah wal jama'ah. 
  3. Sholatnya sama.
  4. Sama-sama anti kemusryikan, bid'ah, tahayul & khurafat. Hanya saja Muahammadiyah lebih ketat.
  5. Sama-sama anti menyembah kuburan.

Pasti banyak yang bertanya, kenapa kalau saya menulis NU cuma NU saja dan kalau menulis MU kok pasti ada aliran lain. Ini karena hanya aliran NU saja yang melakukan hal-hal tersebut di atas, aliran lainya tidak melakukan hal-hal itu. Bahkan aliran lain benar-benar mengharamkan/tidak membolehkan hal-hal tersebut. Namun Muhammadiyah sudah sangat bagus, karena toleransinya sangat besar sekali. Ini karena memang dahulu pendiri NU (almarhum Hasyim Asyari) dan pendiri MU (almarhum Ahmad Dahlan) merupakan sahabat dan belajar agama islam kepada guru agama islam yang sama.
Dari sini, maka tidak usah kaget apabila banyak orang NU dan MU saling menikah. Orang menyebut ini dengan istilah unik, yaitu "Pernikahan NU-Muhammadiyah". Untuk soal anak, apakah menganut NU atau MU itu tergantung kondisi dan situasi. Sebagai orang tua, lebih baik jangan memaksa anak untuk memilih ormas islam tertentu. Sah-sah saja jika anak berbeda aliran dengan orang tua, asalkan si anak meminta izin dahulu kepada orang tua.
Sekian, sampai di sini saja. Semoga tulisan ini dapat merukunkan umat islam. Ingat, antara NU dan MU tidak ada yang sesat. Keduanya benar, kalaupun ada orang penganut salah satu dari ormas tersebut melakukan kesalahan seperti ada orang NU yang suka gonti-ganti pacar, atau ada orang MU yang suka gonta-ganti pacar juga maka orang-orang seperti itu jangan ditiru.
Saya mohon maaf, karena pastinya walaupun menurut saya isi tulisan ini membuat umat islam rukun namun belum tentu orang lain yang membaca tulisan ini juga menganggap kalau tulisan ini membuat umat islam rukun. 
from : http://www.blog.anggalisdiyanto.net/

Jumat, 15 April 2016

Motivasi Untuk Tidak Mengeluh

Motivasi untuk Tidak Mengeluh


Berkaitan dengan motivasi untuk tidak mengeluh, ada sebuah kutipan indah, yang saya ambil dari fan pagenya Teh Ninih,
Dalam kitab Jawahir Shifatush Shafwah, terungkap sebuah nasihat indah dari Muhammad bin Ali bin Al-Husain rahimahullah kepada putranya.
Beliau berkata, “Wahai anakku, jauhilah olehmu sifat malas dan banyak mengeluh. Sesungguhnya, kedua sifat itu merupakan kunci dari segala keburukan. Apabila engkau malas, niscaya engkau tidak akan mampu menunaikan kewajibanmu. Apabila engkau banyak mengeluh, niscaya engkau pun tidak akan sabar dalam menunaikan kewajibanmu itu.”
Mengeluh itu tidak ada gunanya, mengeluh hanya memperparah. Dan, mengeluh bisa mengundang sifat jelek lainnya, yaitu malah.
Sementara, sepertinya mengeluh sudah menjadi “budaya”, bahkan diumumkan melalui media social sehingga semua teman kita menjadi mengetahuinya. Tidak sedikit yang mengungkapnya dengan kata yang kasar sehingga malah menyebar.
Sikap negatif itu seperti virus, mudah menyebar. Jika kita mengeluh, kemudian dikatakan dan juga ditulis di social media, kita menyebarkan sikap yang negatif. Juga sebaliknya, kita pun akan mudah terpengaruh oleh sikap negatif jika teman-teman kita banyak yang menjadi pengeluh.
Namun, seperti virus ada anti virusnya. Ada penangkalnya. Kita sulit menghindari dari para pengeluh, tapi kita bisa tidak tertular jika kita memiliki penangkalnya.
Penangkalnya bukan tablet, bukan kapsul, bukan juga obat herbal. He he. Tapi kondisi pikiran dan hati kita yang kuat, sehingga kita bisa menangkal semua virus negatif itu.
Ya, seperti virus flu. Jika tubuh kita kuat, maka kita akan lebih sulit tertular flu. Jika kita lemah, daya tahan turun, dan dalam kondisi lelah, bisa jadi kita mudah terserah flu.

Motivasi Tidak Mengeluh Yang Pertama Adalah Bersyukur

Saat bicara tentang bersyukur, mungkin ada yang berkata seperti ini.
“Bagaimana bisa bersyukur? Saya sedang dilanda kesusahan. Itulah alasannya mengapa saya mengeluh.”
Justru, dengan bersyukurlah kesusahan Anda bisa hilang. Bukankah dengan bersyukur nikmat akan ditambah?
“Ya sich, tapi apa yang harus disykuri?”
Banyak sekali. Anda hanya tidak memikirkannya karena fokus pada masalah atau kesusahan Anda. Cobalah fokus pada nikmat-nikmat yang sudah Anda dapatkan. Banyak sekali, bahkan tidak terhitung.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS An-nahl : 18, artinya : “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.”
Jika masih kesulitan bersyukur, coba baca artikel Cara Meningkatkan Rasa Syukur.

Motivasi Untuk Tidak Mengeluh Yang Kedua Ini Sangat Memberdayakan

Syukur akan memperbaiki ruhiyah kita, agar tidak kufur nikmat dan Allah menambah nikmat lagi. Nah, sebagai ikhtiar kita, maka saya jelaskan motivasi kedua agar tidak mengeluh, yaitu: ambil tanggung jawab.
Mengambil tanggung jawab dari kondisi yang tidak kita inginkan jauh lebih memberdayakan dibandingkan hanya dengan mengeluhkannya. Anda harus mengambil tanggung jawab, bahwa semua yang terjadi adalah tanggung jawab Anda. Anda jugalah bertanggung jawab untuk mengubahnya sambil meminta pertolongan Allah.
Ingat QS. Ar Ra’d: 11 ini:
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Jika Anda tidak suka atau tidak mau dalam kondisi saat ini, maka ambilah tanggung jawab untuk mengubahnya. Bukan dengan mengeluhkannya.
Cobalah tanyakan pada diri sendiri:
“Apa yang BISA SAYA LAKUKAN untuk mengubah kondisi saat ini?”
Pertanyaan ini akan membuat kita berpikir agar lepas dari kondisi ini. Tidak ada jalan buntu. Jika setelah berpikir masih belum menemukan jalan keluar, ada 3 hal yang bisa Anda lakukan.
  1. Berdo’a. Mintalah pertolongan dan petunjuk Allah agar kita bisa keluar dari kondisi yang tidak menyenangkan ini. Perbanyak istighfar, renungi kesalahan dan dosa serta mohon ampun kepada Allah.
  2. Tenangkan diri. Kadang kita sulit berpikir dengan jernih jika perasaan kita diisi dengan perasaan negatif. Stop mengeluh, karena mengeluh menambah perasaan negatif.
  3. Belajarlah. Tidak tahu dan bingung itu tanda kita kurang ilmu. Belajarlah, salah satunya belajar cara mengatasi masalah.
In syaa Allah, Anda akan menemukan cara untuk keluar dari kondisi ini. Jika belum, teruslah berusaha untuk mencari jalan keluar. Kadang tidak mudah, memerlukan usaha yang panjang dan keras. Tapi yakinlah Anda bisa karena Allah tidak akan membebani kita diluar kesanggupan kita.
Ini jauh lebih memberdayakan karena pikiran Anda lebih positif. Berbeda dengan mengeluh yang akan menambah negatif pikiran Anda. Dengan mengambil tanggung jawab, Anda akan lebih tegar, lebih bijaksana, dan lebih optimis. Anda pun akan mendapatkan hikmah yang luar biasa berharga dari kondisi yang tidak menyenangkan itu.

Bagaimana dengan Mengeluh Kepada Allah?

Ini yang diperbolehkan. Sebab, pada dasarnya ini sebuah do’a. Meminta kepada Allah agar apa yang kita keluhkan ini segera hilang. Lakukan saat-saat sendiri, setelah shalat fardhu, dan shalat tahajud. Sekali lagi bukan kepada manusia melalui social media.
Dalam kondisi tertekan tersebut Rasulullah Saw. mengeluh dan mengaduh hanya kepada Allah Swt. seperti yang terkandung dalam QS Al-Furqon : 30, yang artinya : “Dan berkatalah Rasul: Ya Tuhanku! Kaumku ini sesung­guhnya telah meninggalkan jauh al-Quran”.
Begitu pula dengan Nabi Ya’qub dan Nabi ayub, sebagaimana firman Allah dimana Nabi Ya’qup berkata, yang artinya: “Sesungguhnya aku mengeluhkan keadaanku dan kesedihanku hanya kepada Allah,“ (QS. Yusuf : 86).
Dan Nabi Ayyub a.s. , yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, bahwa Ayyub berkata, yang artinya : “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau (Allah) adalah Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang,”(QS Al-Anbiyaa’: 83).
Jadi, kalau Anda mau mengeluh, mengeluhkan kepada Allah. Mudah-mudahan Allah segera mengubah kondisi kita. Namun hati-hati, kadang ada orang yang keluhannya berisi menyalahkan Allah dan berburuk sangka kepada Allah.
Padahal,
Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih).
Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah” (HR. Muslim).

Kesimpulan

Tidak ada gunanya mengeluh, apalagi mengeluh di sosial media. Mengeluhlah kepada Allah. Tingkatkan rasa syukur kita, agar kita fokus kepada nikmat dan kebaikan, bukan kepada hal yang negatif. Kemudian, ambillah tanggung jawab untuk mengubah kondisi yang tidak menyenangkan itu.

Rabu, 13 April 2016

Pendekatan Pengamatan Sosial Media dalam Membahas Wahhabi

Jika ada yang membahas tentang Tauhid dan  Syirik atau Sunnah dan bid’ah, bukan hal aneh jika akan muncul cemoohan “Wahabi!”. Ternyata membahas larangan mengucapkan selamat natal tempo hari juga muncul cemoohan itu lho… ??? Bukankah kaum muslimin (bukan hanya Wahhabi) telah sepakan akan haramnya ucapan selamat natal dan semisalnya !??
Tudingan dan cemoohan ini muncul jika terdapat Nasehat seperti, “Beribadahlah dan Memintalah hanya kepada Allah saja…”, atau “Beribadahlah sesuai tuntunan Rasulullah…” atau “Janganlah menyelisihi Rasulullah…” atau “Pahamilah agama seperti para Sahabat Nabi memahami Agama…” atau nasihat-nasihat yang semisalnya…..
Perhatikanlah cuplikan-cuplikan nasihat di atas apakah ada yang salah dari nasihat tersebut? Bukankah sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita hanya beribadah dan berdo’a kepada Allah semata? Bukankah sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita beribadah sesuai dengan Sunnah/Petunjuk Rasulullah? Bukankah sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita berpegang dengan pemahaman para Salafus Shalih? Lantas mengapa ada sebagian orang ketika disampaikan kepadanya nasihat untuk melaksanakan itu semua dengan serta merta ia menjawab, “Wahhabi!”, “Awas ajaran Wahhabi!”, “Ente Wahhabi ya?!”
Tahukah Anda bahwa Wahhabi adalah nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), salah satu diantara Asma’ul husna… ? Sebagaimana Salafi nisbat kepada kaum Salafus Shalih, Syafi’i nisbat kepada Imam Asy-Syafi’i, sebagaimana pula Hanbali, Maliki, Hanafi dst.
Jika gelar atau nisbat Syafi’i diberikan kepada orang yang mengikuti madzhab Imam Asy-Syafi’i, seperti Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i, Imam Ibnu Hajar Asy-Syafi’i maka gelar atau nisbat Wahhabi diberikan kepada orang yang mengikuti perintah Al-Wahhab, Dialah yang memerintahkan kita untuk beribadah kepadaNya semata dan agar kita berlepas diri dari kesyirikan. Karena Dialah Pemilik dan Penguasa alam semesta.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. [Ali Imran : 8]
Lebih miris, terkadang mereka membumbui cemoohan merka tersebut dengan kata-kata yang tidak pantas untuk disandingkan dengan nisbat kepada Asma’ul husna tersebut, seperti ucapan sebagaian mereka “Wahbabi!”. subhanallah wa ta’ala ‘amma yaquluna ‘uluwwan kabira…
Berikut ini beberapa point yang sering kali orang tuduhkan kepada Wahhabi padahal -alhamdulillah- mereka bersih dari tuduhan tersebut. Mereka disibukkan menuduh dan mencari-cari celah untuk menjatuhkan Wahhabi dan menjauhan manusia darinya sehingga akhirnya mereka lupa dan orang yang mereka dakwahi pun lupa bahwa disana ada sebuah fakta nyata bukan rekayasa yang mereka harus waspada darinya.
Wahhabi suka mengkafirkan kaum muslimin.
Di sana ada kelompok yang benar-benar suka mengkafirkan, dan tidak tanggung-tanggung dalam mengkafirkan. Bukan hanya kaum muslimin bahkan hampir seluruh Sahabat dan Istri Nabi di kafirkan oleh mereka. Ternyata, kelompok itu ternyata bukanlah Wahhabi.
Wahabi haus darah dan suka menumpahkan darah kaum muslimin.
Di sana ada kelompok yang suka membunuh dan menghalalkan darah kaum muslimin, bahkan rela berkonspirasi dengan kaum kuffar untuk membantai kaum muslimin sejak dahulu hingga kini. Peristiwa terbaru dan masih terus berlangsung adalah tragedi yang sedang terjadi di Suriah. Kita tahu, bahwa kelompok itupun bukanlah Wahhabi.
Wahabi suka berdusta, memalsukan, memanipulasi dan seterusnya
Di sana ada kelompok yang suka berdusta dan sangat suka berdusta, bahkan dusta dianggap sebagai salah satu ibadah dan merupakan bagian dari agama kelompok tersebut. Mereka menamainya sebagai “Taqiyah”. Lagi-lagi, kelompok tersebut bukanlah Wahhabi.
Wahabi menghalalkan kawin kontrak,
Di sana ada kelompok yang menjadikan kawin kontrak ini sebagai sarana beribadah, bahkan dengan janji berupa keutamaan yang sangat besar bagi yang mengamalkannya. Mereka menamainya dengan “Nikah Mut’ah” atau Kawin Kontrak. Nikah berjangka waktu ini bisa dilakukan hanya untuk beberapa jam saja atau bahkan beberapa menit. Kita tahu bahwa kelompok tersebut bukanlah Wahhabi.
Wahabi adalah Agama Tahayul.
Di sana ada kelompok yang meyakini takhayyul yang luar biasa aneh dan mustahil dipercayai oleh orang berakal. Mereka meyakini bahwa madzhab mereka dipimpin oleh 12 orang Imam. Akan tetapi, Imam mereka yang ke-12 yang bernama Muhammad bin Al Hasan Al ‘Askariy Al Muntazhor sejak 1.100 tahun lebih telah bersembunyi di dalam sebuah gua Sirdab di Samiraa, Iraq pada usia 9 tahun dan akan muncul di Akhir Zaman. Setelah kemunculannya, Sang Imam akan membongkar Kuburan Sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab (radhiyallahu ‘anhuma) dan Juga Istri Nabi Aisyah (radhiyallahu ‘anha) untuk di hukum dan di adili. Kita sama-sama tahu bahwa kelompok dengan keyakinan takhayyul ini bukanlah bernama Wahhabi.
Wahabi adalah Antek Amerika untuk memerangi kaum muslimin.
Faktanya, di sana ada kelompok yang membantu pasukan Tatar dari Mongol mengambil alih Iraq dimasa lampau dan akibat dari pengkhianatan kelompok tersebut sekitar satu juta kaum muslimin tewas dibantai oleh pasukan kuffar. Tidak jauh berbeda dengan tragedi masa lalu, sejak beberapa tahun yang lalu dan masih berlangsung hingga hari ini kelompok ini telah membantu pasukan Amerika menghancurkan Iraq. Lagi-lagi, kelompok itu bukanlah Wahhabi.
Wahabi suka menolak Kitab Ulama selain dari Madzhabnya
Di sana ada kelompok yang menolak dua kitab yang disepakati oleh kaum muslimin sebagai kitab paling Shahih setelah Al-Qur’an, yaitu Shahih Al-Bukhari & Shahih Muslim. Mereka pun menolak dan anti pati kepada tokoh ulama dari kalangan Shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah, mereka amat sangat anti pati kepada Abu Hurairah.  Kita tahu bahwa kelompok itu bukanlah Wahhabi.
Wahabi itu sebenarnya Dajjal dan menguasai seluruh Arab Saudi
Kita semua tahu bahwa Rasulullah memberikan khabar kepada kita bahwa Dajjal dan pasukannya akan memasuki seluruh kota di dunia ini. Akan tetapi mereka tidak akan dapat masuk ke Mekkah dan Madinah karena adanya Malaikat yang berjaga disetiap pintu masuknya.
Jika saat ini pemerintah yang menguasai sebagian besar Jazirah Arab termasuk Makkah dan Madinah dituduh sebagai tentara Dajjal maka ada dua kemungkinannya. Tuduhan tersebut adalah dusta atau Malaikat yang menjaga dua kota tersebut telah lalai dari tugasnya.
Demikianlah beberapa point tuduhan yang sering kali diarahkan kepada Wahhabi dan sesering itu pula mengakibatkan kaum muslimin lalai dari fakta yang sebenarnya telah terpampang jelas dihadapan mereka. Semoga kita lekas menyadarinya.
Beberapa Ulama Dunia Islam saat ini yang dilabeli sebagai Wahhabi
Berikutnya, Anda tentu tidak asing dengan nama-nama seperti : Ahmed Deedat, Dr. Zakir Naik, atau Yusuf Estes ?
Tahukah Anda bahwa Dr. Zakir Naik juga disebut sebagai Wahhabi karena beliau selalu menasihatkan, “Back to the Qur’an and Authentic Hadits (Kembali Kepda Al-Qur’an dan Hadits yang Shahih)”.
Beliau juga disebut Wahabi karena tidak mengikat diri dengan hanya mengikuti salah satu mazhab saja, beliau mengikuti seluruh imam yang 4 yang sudah jelas shahih hadistnya.
Dr. Zakir Naik juga sempat dicela oleh beberapa orang Syi’ah hanya karena mengucapkan “Radhiyallah taa’la anhu” setelah menyebut nama Yazid.
Bagaimana dengan Ahmed Deedat…?? Beliau adalah guru Zakir Naik, dengan begitu otomatis beliau Wahhabi…?? Apalagi beliau sangat kesal dengan orang-orang yang suka berebut mencium tangannya, beliau pernah memarahi ribuan orang dalam satu gedung pertemuan karena hal tersebut…!! (Sebagian orang mengidentikkan orang yang tidak suka mencium tangan orang lain atau dicium tangannya oleh orang lain sebagai Wahhabi)
Anda yang menyukai dialog kristologi tentu tidak asing dengan Yusuf Estes…?? Seorang mantan pendeta yang memeluk Islam dan menjadi salah satu Da’i di Yayasan IRF Zakir Naik.
Beliau pernah ditanya : “Bagaimana pendapat anda tentang Wahhabi ??”
Beliau Menjawab : “Hati-hati anda bermain dengan salah satu Nama Allah, apalagi anda gunakan untuk mencemooh !!”
Apakah anda juga cukup familiar dengan suara Imam Masjidil Haram Syeikh Abdur-Rahman as-Sudais atau Syeikh Su’ud As-Syuraim…?? Keduanya juga tidak lolos dari sebutan sebagai Wahhabi, bahkan ada tokoh di Indonesia secara terang-terangan mengatakan seperti itu. Bahkan sang Tokoh memfitnah Syaikh As-Sudais dengan tuduhan bahwa beliau telah mengarang suatu buku yang menjatuhkan hadits-hadits shahih pada Shahih Bukhari. Laa hawla wa la quwwata illa billah…
Keterkaitan Syaikh As-Sudais dengan Wahhabi lebih terlihat lagi karena Syaikh As-Sudais pernah mengimami shalat yang di hadiri oleh Jamaah Diskusi IRF dan Dr. Zakir Naik (yang juga dikatakan sebagai Wahhabi) sendiri shalat tepat dibelakang beliau. Berdasarkan isu yang beredar bahwa orang Wahhabi tidak mau sholat kecuali di belakang orang yang se-madzhab, tentu hal ini semakin menguatkan untuk melabeli Syaikh As-Sudais sebagai Wahhabi.
Mu’allaf Eropa dan Amerika pun mengikuti Madzhab Wahhabi ?
Tahukah anda, hampir semua Muallaf Eropa dan Amerika tidak mengikuti Mazhab khusus, mereka hanya berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist Shahih dan mengikuti pemahaman para sahabat…?? Apakah semua Da’i yang mantan pendeta yang berada di garda depan berdakwah kepada non muslim juga Wahabi…??
Salah seorang tokoh Anti-Wahhabi pernah berkata : “Wahhabi adalah yang berjenggot tebal dan celana cingkrang”
Lalu bagaimana dengan para Muallaf Eropa Amerika, Da’i-Da’i disana, semuanya berjenggot tebal…!! Tidak sedikit pula mereka yang memendekkan pakainannya agar tidak melewati mata kaki… Apakah sekarang kita akan “mencela” mereka…??
Saatnya bicara Fakta
FAKTA nya : Tidak ada satu kelompokpun yang berkata : “Kami adalah Wahabi, ikutilah kami, jika tidak kalian kafir” – Sama sekali tidak ada…!! Silahkan cari jika ditemukan…
FAKTA nya adalah : Sebaliknya sangat mudah kita temukan orang yang berkata : “Abu Bakar, Umar telah keluar dari Islam, dan yang mengikuti mereka adalah kafir dan halal darahnya”
Maksud dan inti tulisan ini adalah :
1. Agar kita semua berhati-hati menggunakan kalimat “Al-Wahhab” untuk mencela dan mencemooh, yang dimana kalimat itu adalah salah satu Asma Allah yaitu Maha Pemberi, agar kita tidak terjerumus kepada dosa besar…
2. Agar kita dapat mencermati, dan menelusuri ulang, sebenarnya siapa yang selalu melontar isu Wahabi…?? Apa tujuan mereka itu…?? Dan agar kita terhindar dari Fitnah memfitnah sesama kaum Muslimin…
Kalimat “Wahabi” sama hal nya dengan Kalimat “Terorist” Yang dilontarkan oleh sekelompok orang dan digunakan sebagai alat fitnah… Dan sayangnya kita termakan begitu saja tanpa mau menelaah dan berfikir…
Lebih disayangkan lagi orang yang tidak tau apa-apa…, karena sering mendengar dari orang lain akhirnya menjadi takut (thd wahabi) tanpa sebab… Jika istilah saya “Wahabi Phobia” dan ikut-ikutan celetuk-celetuk ­”Wahabi !!” “Hati-hati Wahabi” “si Fulan Wahabi” namun dia sendiri tidak tau persis kelompok mana yang telah menamakan dirinya sebagai Wahabi…
Dalam tulisa ini, saya mencoba menggunakan pendekatan pengamatan Sosial Media dalam membahas Wahhabi, karena hanya untuk menekankan kehati-hatian agar tidak “mencela” orang lain dengan kalimat Wahabi…
Sebagian tulisan ini disunting secara bebas dengan penyesuaian seperlunya dari Catatan File Islam.
Semoga bermanfaat… Barakallahu fiikum.