Qiro'ah Sab'ah
atau tujuh bacaan adalah macam-macam cara membaca Al Qur'an yang
berbeda. disebut tujuh bacaan adalah karena ada tujuh imam Qiro'ah yang
masyhur (terkenal) dan masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri.
Pada tujuh imam Qiro'ah tersebut masing-masing memiliki 2 orang murid yang bertindak sebagai perawi. tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Al Quran. adapun perbedaan cara membaca tersebut, tidaklah semata-mata karena dibuat-buat baik oleh imam maupun perawinya. cara membaca tersebut merupakan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dan memang seperti itulah Al Quran diturunkan.
Pada tujuh imam Qiro'ah tersebut masing-masing memiliki 2 orang murid yang bertindak sebagai perawi. tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Al Quran. adapun perbedaan cara membaca tersebut, tidaklah semata-mata karena dibuat-buat baik oleh imam maupun perawinya. cara membaca tersebut merupakan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dan memang seperti itulah Al Quran diturunkan.
Dari Umar bin khatthab, ia berkata, “ Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqon di masa hidup Rasulullah. aku perhatikan bacaannya. tiba-tiba ia membaca dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat ia shalat, tetapi aku urungkan. maka aku menunggunya sampai salam. begitu selesai, aku tarik pakaiannya dan aku katakan kepadanya, " siapakah yang mengajarkan bacaan surat itu kepadamu ? " ia menjawab, " Rasulullah yang membacakannya kepadaku ". lalu aku katakan kepadanya, " kamu dusta ! Demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku surat yang sama, tetapi tidak seperti bacaanmu ". kemudian aku bawa dia menghadap Rasulullah, dan aku ceritakan kepadanya bahwa aku telah mendengar orang ini membaca surat Al-Furqon dengan huruf-huruf (bacaan) yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqon kepadaku. maka Rasulullah berkata, " lepaskanlah dia, hai umar. bacalah surat tadi wahai Hisyam ! " Hisyam pun kemudian membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. maka kata Rasulullah, " begitulah surat itu diturunkan " ia berkata lagi, " bacalah, wahai umar ! " lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah kepadaku. maka kata Rasulullah, " begitulah surat itu diturunkan. Sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu ”. [ HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jarir ]
Adapun mengenai makna dari " tujuh huruf " tersebut ada dua pendapat
yang kuat. pertama adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab
mengenai satu makna : Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim, dan Yaman.
Diumpamakan kalau dulu menggunakan ejaan yang lama bahasa Indonesia " Doeloe " dengan ejaan yang telah disempurnakan menjadi " Dulu " lafadz berbeda dengan bunyi yang sama. maka Tulisan " Doeloe " dirubah menjadi " Dulu " tulisannya berubah tapi bacaannya sama. Padahal Bahasa Indonesia adalah Bahasa Pemersatu Bangsa.
Diumpamakan kalau dulu menggunakan ejaan yang lama bahasa Indonesia " Doeloe " dengan ejaan yang telah disempurnakan menjadi " Dulu " lafadz berbeda dengan bunyi yang sama. maka Tulisan " Doeloe " dirubah menjadi " Dulu " tulisannya berubah tapi bacaannya sama. Padahal Bahasa Indonesia adalah Bahasa Pemersatu Bangsa.
Hikmah diturunkannya Al Qur’an dengan tujuh huruf antara lain :
- Memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa ummi.
- Bukti kemukjizatan Al-Qur’an dari sisi kebahasaan orang arab dan Kemukjizatan dalam aspek makna dan hukum ( ketujuh huruf tersebut memberikan deskripsi hukum yang dikandung Al Qur’an dengan lebih komprehensif dan universal).
Qiro`ah Sab`ah adalah Qiro`ah Utsmani.
Pendapat yang paling masyhur mengenai penafsiran " Tujuh Huruf " adalah
pendapat Ar-Razi yang dikuatkan oleh Az-Zarkani dan didukung oleh jumhur
ulama.
Berikut adalah Tujuh Imam yang sudah tidak diragukan lagi kemasyhurannya :
- Ibnu ‘Amir
Nama lengkapnya adalah Abdullah al-Yahshshuby. Beliau seorang Qadhi (
hakim ) di Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik.
Pannggilannya adalah Abu Imran. beliau adalah seorang tabi’in. belajar
qira’ah dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin
Affan dari Rasulullah SAW. Beliau Wafat di Damaskus pada tahun 118 H.
Perawi Ibnu 'Amir : Hisyam dan Ibnu Dzakwan.
- Ibnu Katsir
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary
al-Makky. beliau adalah imam dalam hal qira’ah di Makkah, beliau adalah
seorang tabi’in yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah ibnu Jubair,
Abu Ayyub al-Anshari dan Anas ibnu Malik. beliau wafat di Makkah pada
tahun 120 H.
Perawi Ibnu Katsir : al-Bazy ( wafat pada tahun 250 H ) dan Qunbul ( wafat pada tahun 291 H.
- ‘Ashim al-Kufy
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim ibnu Abi an-Nujud al-Asady. Disebut juga
dengan Ibnu Bahdalah. Panggilannya adalah Abu Bakar. beliau adalah
seorang tabi’in yang wafat pada sekitar tahun 127-128 H di Kufah.
Perawi ‘Ashim al-Kufy : Syu’bah ( wafat pada tahun 193 H ) dan Hafsah ( wafat pada tahun 180 H )
- Abu Amr
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr Zabban ibnul ‘Ala’ ibnu Ammar al-Bashry seorang guru besar
pada rawi. Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya. menurut sebagian orang nama Abu Amr itu
nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H.
pada rawi. Disebut juga sebagai namanya dengan Yahya. menurut sebagian orang nama Abu Amr itu
nama panggilannya. Beliau wafat di Kufah pada tahun 154 H.
Perawi Abu Amr : ad-Dury ( wafat pada tahun 246 H ) dan as-Susy ( wafat pada tahun 261 H )
- Hamzah al-Kufy
Nama lengkapnya adalah Hamzah Ibnu Habib Ibnu ‘Imarah az-Zayyat al-Fardhi ath-Thaimy seorang
bekas hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy. dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh. wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 156 H.
bekas hamba ‘Ikrimah ibnu Rabi’ at-Taimy. dipanggil dengan Ibnu ‘Imarh. wafat di Hawan pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur tahun 156 H.
Perawi Hamzah al-Kufy : Khalaf ( wafat tahun 229 H ) dan Khallad ( wafat tahun 220 H )
- Imam Nafi
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ ibnu Abdurrahman ibnu Abi Na’im
al-Laitsy. asalnya dari Isfahan. Dengan kemangkatan Nafi’ berakhirlah
kepemimpinan para qari di Madinah al-Munawwarah. Beliau wafat pada tahun
169 H.
Perawi Imam Nafi' : Qalun ( wafat pada tahun 12 H ) dan Warasy ( wafat pada tahun 197 H )
- Al-Kisaiy
Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Hamzah. seorang imam nahwu golongan
Kufah. Dipanggil dengan nama Abul Hasan. menurut sebagiam orang disebut
dengan nama Kisaiy karena memakai kisa pada waktu ihram. Beliau wafat di
Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Roy ketika ia dalam perjalanan
ke Khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H.
Perawi Al-Kisaiy : Abul Harits ( wafat pada tahun 424 H ) dan ad-Dury ( wafat tahun 246 H )
Adapun Syarat-Syarat Qiraah yang Muktabar untuk menangkal penyelewengan
Qiraah yang sudah mulai muncul, para ulama membuat
persyaratan-persyaratan bagi qiraat yang dapat diterima. Hal ini untuk
membedakan Qiraat yang benar dan yang aneh/asing (Syazzah ). Para ulama
membuat tiga syarat.
- Qiraat itu sesuai dengan bahasa Arab meskipun menurut satu jalan.
- Qiraat itu sesuai dengan salah satu mushaf-mushaf utsmani.
- Sahih sanadnya.
Referensi :
Ahmad Syadali dkk.
Ahmad Syadali dkk.
Ulumul Qur'an
Pustaka Setia 224
Abdul al Rahman bin Kamal Jalal al Din al Suyuti
Al Itqan fi ulum al Qur’an
0 komentar:
Posting Komentar